Literasi Keuangan RI Kalah Jauh dari Singapura, Luhut: Risikonya Tinggi Tak Paham Fungsi
Ekonomi dan bisnis | 13 Desember 2021, 10:44 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Industri keuangan digital tumbuh dengan pesat di Indonesia. Kementerian Perdagangan menyebut, nilai transaksi keuangan digital akan tumbuh 8 kali lipat di 2030, dari sekitar Rp600 triliun saat ini, menjadi Rp4.500 triliun.
Melihat data tersebut, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, tingkat inklusi keuangan digital di Indonesia sudah berada pada indikator yang sangat baik.
Sayangnya, grafik tersebut belum ditunjang dengan tingkat literasi keuangan, yang menurut Luhut, masih sangat jauh dibanding negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
“Berdasarkan data OJK, pada 2019 Indeks Literasi Keuangan baru mencapai 30,03 persen dan Indeks Inklusi Keuangan 76,19 persen.Angka ini berbanding jauh dari Singapura di angka 98 persen, Malaysia 85 persen, dan Thailand 82 persen," kata Luhut dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas TV, Senin (13/12/2021).
Baca Juga: Erick Thohir: Indonesia Butuh 17,5 Juta Ahli Digital Sampai 2035
"Tingkat inklusi tinggi dengan literasi rendah menunjukkan potensi risiko yang begitu tinggi. Karena, meski masyarakat memiliki akses keuangan, sebenarnya mereka tidak memahami fungsi dan risikonya," ujarnya.
Dengan begitu, berbagai kebutuhan ekonomi seperti tabungan, pembayaran, transaksi, kredit, hingga asuransi pun dapat terakomodasi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Sedangkan literasi keuangan adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami cara menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari, produk layanan perbankan hingga investasi. Jika seseorang punya literasi keuangan yang baik, dia akan tahu cara terbaik menggunakan uang yang dimilikinya.
Baca Juga: OJK Curiga Ada Pencucian Uang Asing di Balik Pinjol Ilegal
Mengutip data OJK, saat ini pengguna layanan keuangan digital paling banyak adalah masyarakat dengan tentang usia 26-35 tahun. Tingkat literasi keuangan mereka memang berada di atas rata-rata nasional, yakni sebesar 48 persen. Tapi angka tersebut masih di bawah tingkat inklusi keuangan pada rentang usia tersebut, yakni sebesar 82 persen.
"Peningkatan literasi menjadi kunci agar tingkat inklusi yang sudah terjadi bisa berdampak lebih produktif dengan risiko minim. Inilah yang jadi pekerjaan kita bersama, antara pemerintah dan asosiasi," tutur Luhut.
Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti
Sumber :