> >

Akui Tandatangan Kontrak Sewa Pesawat Garuda yang Kemahalan, Peter Gontha: karena Dipaksa

Bumn | 3 November 2021, 14:26 WIB
Pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 Max. Mantan Komisaris Garuda Peter Gontha menyebut dirinya terpaksa menandatangani kontrak pesawat tersebut meski kemahalan, karena terpaksa (3/11/2021). (Sumber: Instagram @petergonthyan

JAKARTA, KOMPAS.TV- Mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter Gontha, menjelaskan tentang dirinya yang disebut ikut menandatangani kontrak sewa pesawat Garuda yang kemahalan. Sebelumnya pernyataan tersebut dilontarkan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga.

Lewat akun Instagram pribadinya, Peter Gontha mengunggah foto pesawat Garuda Boeing 737 Max. Ia menjelaskan, sekitar tahun 2013-2014 dirinya sebagai Komisaris diminta menandatangani kontrak pesawat tersebut.

Awalnya ia menolak lantaran hanya diberi waktu 1x24 jam untuk membaca isi kontrak.

"Total kontraknya melebihi US$3milyar untuk 50 pesawat. Gila kan hanya 24 jam. Karena dipaksa dengan alasan saya harus ttd, kalau tidak menjadi (dissenting) “gagal” pembeliannya. Saya achirnya tandatangani juga tapi dengan catatan : bahwa kita tidak diberi cukup waktu untuk evaluasi. Dan saya pun dikucilkan oleh “direksi waktu itu," tulis Peter, dikutip Rabu (3/11/2021).

Baca Juga: Eks Komisaris Ungkap 3 Masalah yang Buat Garuda Indonesia Terancam Bangkrut

"Saksi hidup masih banyak. Tanyakan saja! Juga Jejak digital nya saya ada!" ujarnya.

Menurut Peter, Boeing 737 Max akhirnya hanya 1 yang terkirim ke Garuda karena gagal design, kemudian dua pesawat yang disewa Lion Air dan Ethiopia Air jatuh serta menewaskan seluruh kru dan penumpang.

Selanjutnya pada tahun 2020, Peter mengaku meminta direksi Garuda untuk membatalkan kontrak pesawat Boeing 737 Max dan mengembalikan 1 pesawat yang sudah dikirim pihak Boeing.

Namun direksi tidak memenuhi permintaannya, dengan alasan kontrak tersebut tidak bisa dibatalkan.

Baca Juga: KPK Siap Telaah Dugaan Mark Up Biaya Sewa Pesawat Garuda yang Diungkap Peter Gontha

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU