> >

Kenali Risiko Unit Link, Produk Asuransi yang Bikin Jutaan Nasabah Menutup Polisnya

Ekonomi dan bisnis | 15 Oktober 2021, 15:41 WIB
Ilustrasi Asuransi (Sumber: Freepik.com via Kompas.com)

Menurut Aidil Akbar, salah satu kekurangan unit link adalah konsumen tidak dapat melacak ke mana dananya diinvestasikan dan biaya apa saja yang harus dikeluarkan menyusul pilihan investasi tersebut.

“Produk unit link juga kurang memberikan keleluasaan kepada nasabah untuk menghentikan investasinya ketika mengalami kesulitan finansial,” ujar Aidil.

Sementara menurut perencana keuangan Annisa Steviani, masyarakat harus memahami asuransi tidak sama dengan investasi.

Ia mengatakan, investasi untuk hal yang direncanakan dan pasti datang (sekolah, pensiun, beli rumah, dll). Sedangkan asuransi untuk hal yang tidak direncanakan dan tidak pasti datang (sakit, mobil hilang, meninggal dunia, rumah kebakaran, dll).

Baca Juga: Prudential Jawab Wanda Hamidah soal Ditipu Asuransi: Sudah Sesuai Plan dan Polis Nasabah

"Sebetulnya kalau beli asuransi, tidak perlu berharap uang kembali. Yang jelas saat sakit, dicover sesuai polis. Saat pencari nafkah utama meninggal dunia, keluarga tidak bangkrut," ucap Annisa kepada Kompas TV.

Annisa melanjutkan, selama asuransi digabung dengan investasi, jangan berharap uang akan bisa kembali dalam jumlah lebih banyak. Karena hasil investasi yang pasti hanya deposito dan obligasi pemerintah.

Lantas bagaimana jika masyarakat tetap ingin membeli Unit link?

"Kalau beli asuransi yang ada porsi investasi, anggap investasi itu simpanan untuk digunakan jika akan cuti premi. Saat uang kembali tidak sesuai harapan, itu risiko investasi. Misal tidak siap dengan risiko, lebih baik investasi sendiri," jawabnya.

Annisa pun mengimbau calon nasabah asuransi untuk tidak malu bertanya kepada agen yang menawarkan, sampai benar-benar paham dengan produk asuransi yang akan dibeli. Menurutnya, agen seharusnya sudah terbiasa dengan pertanyaan calon nasabah karena itu pekerjaannyanya sehari-hari.

"Beli sesuatu yang bisa jadi menyedot uangmu secara bertahun-tahun, masa iya enggak tanya-tanya banyak? masa iya beli karena enggak enak?," ujar Annisa.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber :


TERBARU