> >

Negara Lain Serius Jadikan Batik Komoditas Ekspor, Indonesia Masih Kesulitan Cari Regenerasi

Ekonomi dan bisnis | 6 Oktober 2021, 14:26 WIB
Sejumlah perajin membatik dengan bahan alami di Jarum, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Batik Indonesia merupakan komoditas paling terkenal di dunia. Sayangnya, saat ini produk batik ditemukan di banyak negara seperti Malaysia, Thailand, India, Srilanka, Iran, dan negara-negara di benua Afrika, bahkan beberapa negara menjadikan batik sebagai komoditas ekspornya.

Untuk itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, perlu ada upaya-upaya serius untuk mempercepat proses regenerasi seni batik tulis.

"Penggunaan batik di dunia dewasa ini semakin populer, sehingga menjanjikan potensi ekonomi yang sangat besar. Beberapa negara seperti Tiongkok, Vietnam, dan Malaysia secara serius menjadikan batik sebagai komoditas ekspor," ujarnya saat menghadiri Puncak Perayaan Hari Batik Nasional secara virtual di Jakarta, Rabu (6/10/2021).

Adapun, Kemenperin melalui Balai Besar Kerajinan dan Batik terus menerus melakukan berbagai kegiatan pendidikan, pengembangan desain, dan promosi agar perkembangan batik Indonesia tetap memiliki regenerasi yang baik dan memiliki daya saing global serta diminati oleh pasar

Menurutnya, beberapa negara yang telah disebutkan itu, terus mengembangkan mesin batik printing yang semakin canggih, termasuk meniru desain dan corak batik Indonesia. Tujuannya adalah merebut pasar-pasar yang selama ini diisi batik Indonesia, bahkan pasar di domestik RI.

Baca Juga: Jangan Sembarang Mengenakan Batik, Ini 6 Motif Larangan Keraton Yogyakarta

Inilah yang menjadi tantangan industri batik Indonesia dalam persaingan global. Tak hanya itu, faktor sumber daya alam (SDM) juga menjadi kelemahan Indonesia.

“Dalam industri batik, jumlah tenaga kerja dengan kualitas dan keterampilan yang tinggi sangat diperlukan,” kata Menperin.

Pasalnya, kebutuhan SDM yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan inovasi desain sangat penting. Sementara, jumlah SDM yang memiliki keterampilan dan kemampuan desain sangat sedikit. Bahkan, pembatik tulis jumlahnya semakin terbatas dan banyak yang telah berusia lanjut.

Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik pada 2020 mencapai 532,7 juta dolar AS dan pada triwulan I 2021 mencapai 157,8 juta dolar AS.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU