Ekonomi Nada Merdu Lakban, Sampai Penantian Kapal Berlabuh
Bumn | 20 September 2021, 23:40 WIBJAKARTA, KOMPASTV.
“Suara prepetan lakban adalah nada-nada paling merdu bagi penjual baju daring (online) seperti gue,” kata Toto Yanto, kepada KompasTV, awal September 2021, tepat saat tanggal muda bagi sebagian besar pekerja di Indonesia.
Menjadi kegembiraan luar biasa bagi penjual daring sepertinya, saat suara lakban terus menerus bersaut-sautan. Artinya, pesanan berdatangan dan terus mengalir. Semakin sering terdengar suara lakban, secepat itu pula keuangannya bertambah. Apalagi, tak jarang, pesanananya selalu partai besar.
“Kalau karungan, biasanya kirim ke luar Jawa pakai kapal, Wilayah Barat sampai Timur. Ongkosnya memang lumayan, tetapi sekarang barang sampai ke tujuan lebih cepat dibanding yang dulu-dulu,” terang dia.
Tanpa disadari langsung, kegembiraan yang dinikmati Toto merupakan hasil kerja keras dan makin efisiennya Pelindo I-IV yang tinggal hitungan hari akan terintegrasi.
Tetapi, bagi Okky Irmanita, Co-founder rintisan “Buah Rakyat” yang sudah cukup “melek” berita dan memiliki literasi logistik yang baik, sinergi antar Pelindo ibarat penantian lama kapal berlayar yang akhirnya bersandar.
Maklum, logistik adalah hitungan maha penting bagi bisnisnya yang berbasis pada komoditas hasil alam. Selama ini, 35 persen sampai 45 persen dari harga yang dibayarkan konsumen 'larinya' untuk bayar logistik.
“Tentu saja, merger atau inisiatif maupun insentif pemerintah untuk mempermudah angkutan barang, jadi angin segar untuk kami,” terang Okky bersemangat.
Selain harga, Ia juga bisa punya akses lebih baik terhadap buah-buahan unggulan dari luar Jawa. Misalnya tadi, durian dari Palu, alpukat dari Maumere, atau mungkin buah lay dari Kalimantan.
“Kebayang kan buah-buahan di meja rakyat Indonesia akan sangat berwarna kalau inisiatif (merger dan efisiensi layanan) tersebut berjalan baik,” tandas Okky.
Toto dan Okky, hanya setitik gambaran irama, dinamika ekonomi Indonesia, yang punya tulang punggung UMKM. Tetapi bayangkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 57,24 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia 2020, ditopang oleh UMKM.
Digitalisasi Pelabuhan
Sebelum saling bersinergi secara resmi pada 1 Oktober 2021, sebenarnya setiap Pelindo sudah berbenah. Pelindo I misalnya, sukses menerapkan digitalisasi layanan dan penggunaan sistem informasi kepelabuhanan.
“Peningkatan revenue, cost effective, operational excellent, percepatan program prioritas di Kuala Tanjung adalah sejumlah fokus kami d 2021,” turut Prasetyo, Direktur Pelindo I saat live bersama KompasTV.
Belawan misalnya, sudah sepenuhnya memakai Integrated Billing System (IBS).Di sini, layanan diberikan cashless, yang berarti tidak ada lagi pemberian atau penggunaan uang secara tunai.
Setidaknya system seperti ini juga melegakan pelanggan pelabuhan, karena tak khawatir pada pungutan tambahan.
Digitalisasi layanan juga disediakan di Terminal Petikemas (TPK) Belawan Fase II. Setiap petikemas yang sebelumnya akan didaftarkan oleh perusahaan pelayaran. Kemudian pengguna jasa dapat mencetak E-CEIR (Electronic Container Equipment Interchange Receipt) yang dilengkapi dengan QR Code, yang pada akhirnya diberikan kepada para pengemudi kendaraan pengangkut petikemas.
Logistik Dari Sabang-Merauke Makin Sibuk
Tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 3,7 persen sampai 4,5 persen. Penyumbang utama yang diharapkan adakah sektor konsumsi, dari hulu sampai hilir UMKM.
Tetapi, UMKM tak akan punya banyak arti, tanpa didukung sistem logistik yang mumpuni. Ini berarti, semua pelabuhan dari Barat sampai Timur Indonesia akan sangat sibuk.
“Inilah tujuan utama lahirnya Pelabuhan Indonesia, meningkatkan nilai ekonomi dan sosial dari Sabang sampai Merauke,” tegas Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri BUMN II.
Pada tahun 2018, McKinsey & Company memproyeksi, pada periode 2017-2022, jumlah pengiriman barang bakal tumbuh enam kali lipat hingga 1,6 miliar barang per tahun.
Apalagi, nilai bisnis daring di Indonesia dari tahun ke tahun terus tumbuh pesat. Memakai data CEIC, nilai bisnis e-dagang tahun 2014 hanya USD 1,9 miliar. Tetapi jumlah ini melesat ke USD 7,1 miliar pada 2017 dan USD 10,4 miliar pada 2019. Di masa pandemi 2020, bahkan angkanya naik signifikan menjadi USD 12,3 miliar.
“Karena Logistik sangat krusial, pemerintah akan melakukan pembentukan National Logistic Ecosystem yang diharapkan akan bisa menurunkan biaya logistik 23,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) menjadi 17 persen,” jelas Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI.
Harapan pelaku usaha UMKM dan pemerintah akan sangat ditentukan oleh kinerja 94 pelabuhan di bawah kapal baru bernama PT Pelabuhan Indonesia. 1 Oktober sejarah baru lahirnya raksasa logistic Indonesia, tepat dengan peringatan Kesaktian Pancasila. Logistik, adalah salah satu penentu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Dyah Megasari, KompasTV
Penulis : Dyah-Megasari
Sumber : Kompas TV