> >

Harga Gabah Terus Turun, Pengamat UGM Sebut Petani Berada dalam Posisi Tak Terlindungi

Ekonomi dan bisnis | 27 Agustus 2021, 11:27 WIB
Petani di Desa Brobot, Purbalingga, Jawa Tengah, memikul gabah yang baru dipanen, Selasa (23/3/2021). (Sumber: Kompas.tv/Ant)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Saat ini harga gabah diketahui anjlok karena berada di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).

Hal ini terjadi 16 bulan berturut-turut sejak April tahun 2020 lalu.

Salah satu penyebabnya adalah penyerapan gabah/beras oleh Perum Bulog cenderung turun beberapa tahun terakhir.

Realisasi pengadaan beras oleh Perum Bulog dari produksi dalam negeri terus turun.

Dari 2,96 juta ton tahun 2016 menjadi 1,57 juta ton di tahun 2017, lalu di tahun 2018 turun menjadi 1,21 juta ton.

Kemudian turun lagi menjadi 957.694 ton di tahun 2019, dan 752.079 ton di tahun 2020.

Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menyatakan, pengadaan beras oleh Perum Bulog tidak maksimal karena penyalurannya terus turun.

Hal ini ia sampaikan dalam diskusi di Pataka pekan lalu.

Realisasi penyaluran beras untuk program raskin, rastra, atau bansos lain turun dari 3,21 juta ton (2016) menjadi 2,74 juta ton (2017), lalu 1,9 juta ton (2018), dan 1,1 juta ton (2019), seiring meluasnya penyaluran bantuan pangan nontunai (BPNT).

Baca Juga: Penyerapan Terus Lesu, Harga Gabah Petani Anjlok

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.id


TERBARU