Permintaan Meningkat, Harga Ekspor Karet Diprediksi Menguat Hingga Akhir Tahun Ini
Ekonomi dan bisnis | 25 Agustus 2021, 08:45 WIBMEDAN, KOMPAS.TV - Harga ekspor karet alam bakal bertahan dan menguat hingga akhir tahun 2021. Hal ini didasarkan pada akibat kekurangan bahan baku di tengah meningkatnya permintaan di pasar internasional. Hal ini dikatakan oleh Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara.
"Harga ekspor karet SIR20 di Agustus misalnya rata-rata di kisaran 1,73 dolar AS per kg dan harga itu diprediksi bertahan bahkan bisa menguat lagi," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Selasa (24/8/2021).
Harga karet pada bulan Agustus yang sebelumnya sebesar 1,73 dolar AS per kg tersebut, naik dari di posisi Juli yang masih sebesar 1,63 dolar AS.
Bertahannya harga karet yang mahal di pasar internasional merupakan dampak kekurangan pasokan dari negara produsen di tengah permintaan yang cenderung meningkat meski masih ada pandemi Covid-19.
Kekurangan pasokan itu sebagai dampak produksi karet alam yang berkurang karena faktor cuaca, ditambah adanya gangguan pengiriman akibat kekurangan kontainer. Kurangnya kontainer itu sebagai dampak banyaknya pengiriman/ekspor setelah sebelumnya terganggu akibat pandemi Covid-19.
Baca Juga: Produksi Karet Thailand Turun Dongkrak Harga Karet Sumsel
"Kalau pun ada penurunan harga diprediksi bertahan di angka 1,70 an dolar AS per kg," ujar Edy.
Adapun menyangkut volume ekspor, menurut Edy, pada Agustus, ekspor diperkirakan lebih tinggi dari Juli. Prediksi tersebut dengan melihat banyaknya permintaan ditambah volume dari ekspor yang tertunda sebelumnya.
Pada Juli, volume ekspor karet alam Sumut untuk tercatat 31.148 ton atau naik 5,3 persen dibandingkan bulan Juni. Secara total, ekspor karet Sumut pada Januari-Juli 2021 sudah sebesar 218.425 ton atau meningkat sebesar 7,7 persen dibandingkan periode sama tahun 2020.
Ekspor karet Sumut tahun ini terbesar masih tetap ke Jepang atau 23,73 persen, Amerika Serikat 21,68 persen, Brazil (9,59), Turki (6,73), dan Republik Rakyat Tiongkok 5,75 persen.
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Antara