Upayakan Dongkrak Laju Perekonomian, Presiden Dorong Transformasi EBT
Kebijakan | 16 Agustus 2021, 18:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya transformasi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) dan akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau guna mendongkrak laju perekonomian nasional.
Jokowi menjelaskan, pemanfaatan energi bersih dan teknologi hijau akan berdampak terhadap arah ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, konsolidasi kekuatan riset nasional akan terus diupayakan agar sejalan dengan agenda pembangunan di Indonesia.
"Transformasi menuju energi baru dan terbarukan serta akselerasi ekonomi berbasis teknologi hijau akan menjadi perubahan penting dalam perekonomian kita," kata Presiden Jokowi dalam pidatonya saat Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2021 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin (16/8/2021).
Lebih lanjut, mengenai percepatan transisi energi dari fosil ke EBT diyakini secara cepat membantu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 dan mengerem kenaikan suhu tidak lebih dari dua derajat celsius.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), EBT telah menunjukkan perkembangan signifikan dalam memberikan sumbangsih terhadap ketenagalistrikan, penggunaan bahan bakar hingga pemanfaatan secara langsung.
Angka pemanfaatan biodiesel, misalnya tumbuh tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Realisasi biodiesel sudah dimulai terhitung sejak tahun 2008 dengan memperkenalkan produk campuran biodiesel sebesar 10 persen (B10).
Baca Juga: Belum Dianggap Bisnis Propektif, Indonesia Masih Susah Capai Target Bauran Energi Terbarukan
Puncaknya, realisasi produksi biodiesel mencapai 3,01 juta kiloliter di tahun 2015, kemudian meningkat menjadi B30 dengan realisasi 8,46 juta kiloliter pada 2020.
Keberhasilan tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan dalam pasar biodiesel dunia sebagai negara penghasil biodiesel terbanyak melampaui Amerika Serikat, Brasil, maupun Jerman. Hal itu lantas berdampak pula pada penghematan devisa sebesar Rp 38,31 triliun atau setara Rp2,66 miliar dolar AS pada 2020.
Sedangkan dari sisi bauran pembangkit listrik, energi baru terbarukan mampu menambah kapasitas pembangkit sebesar dua gigawatt dalam lima tahun terakhir.
Hingga akhir 2022, realisasi bauran EBT tercatat sebesar 11,31 persen. Pemerintah optimistis mampu menjawab tantangan dalam mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.
Baca Juga: Dorong Industri Hijau, Insentif Fiskal Masih dalam Diskusi dengan Kementerian/Lembaga
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV