> >

Rekaman Diskusi Internal Terkait Pensiun Dini Tersebar, Garuda Indonesia Beri Penjelasan

Ekonomi dan bisnis | 28 Mei 2021, 19:41 WIB
Pesawat Bombardier CRJ 1000 NextGen yang dioperasikan Garuda Indonesia untuk menerbangi sejumlah rute antar pulau di Indonesia. (Sumber: Tribun Jogja)

Irfan mengatakan utang perusahaan sudah mencapai Rp70 triliun dan bertambah Rp1 triliun setiap bulannya. Kenaikan utang ini disebabkan karena pendapatan perusahaan tidak bisa menutup pengeluaran.

Irfan memproyeksikan pendapatan Mei 2021 hanya sekitar USD56 juta.

Sementara, pengeluaran sewa pesawat saja mencapai USD56 juta. Lalu, maintenance USD20 juta, avtur USD20 juta, pegawai USD20 juta.

"Secara cash sudah negatif. Secara modal sudah minus Rp41 triliun," jelas Irfan.

Baca Juga: Berbeda dengan Manajemen Garuda, Sekarga Sebut Pensiun Dini Opsi Terakhir

Terkait penyelesaian utang, manajemen GIAA mengatakan terus berupaya memastikan risiko solvabilitas dapat dimitigasi dengan sebaik-baiknya.

Langkah yang tengah dilakukan, yakni negosiasi dengan lessor pesawat, melakukan restrukturisasi utang usaha, termasuk terhadap BUMN serta mitra usaha lainnya, dan negosiasi langkah restrukturisasi pinjaman perbankan dan lembaga keuangan lainnya.

“Sampai saat ini tidak terdapat informasi atau kejadian penting yang material dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup Perseroan serta dapat memengaruhi harga saham Perseroan,” ucap pihak GIAA.

Baca Juga: Garuda Indonesia Tawarkan Pensiun Dini, Serikat Karyawan Minta Regulasi Berpihak kepada BUMN

Penulis : Hasya Nindita Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU