Akademisi Universitas Hasanuddin: Ada Peluang Ekonomi Pariwisata di Keanekaragaman Hayati Indonesia
Ekonomi dan bisnis | 8 Mei 2021, 21:36 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Mengenai strategi pembangunan potensi laut Indonesia, Dekan Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar, Jamaludddin Jompa mengatakan, keanekaragaman hayati tidak hanya berdampak pada melimpahnya potensi ikan, tetapi juga peluang ekonomi berbasis pariwisata.
Untuk wilayah Indonesia timur, sangat penting dilakukan penguatan infrastruktur sehingga wilayah tersebut agar bisa lebih berkembang.
Hal ini dikemukakan dalam webinar “Revitalisasi Kebijakan Ekonomi Maritim dalam Mendukung Kualitas Pemulihan Nasional” yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jumat (7/5/2021), di Jakarta, dilansir dari Kontan.co.id, Sabtu (8/5/2021).
Jompa menilai, dari sisi perikanan tangkap, banyak usaha yang bisa dilakukan. Sayangnya, di dunia ini sudah begitu jelas bahwa perikanan tangkap tidak akan bisa bertumbuh signifikan walaupun ada potensi 3 jutaan ton per tahun yang belum optimal.
“Tidak perlu diragukan lagi. Ada potensi besar yang harus dikonversi menjadi nilai ekonomi yang signifikan dalam menyelesaikan masalah ekonomi di masa pandemi maupun masa depan,” ujar Jompa.
Baca Juga: Ini Strategi Menteri Luhut B Panjaitan Bangun Kemaritiman di Indonesia
Untuk itu, ISEI diharapkan memahami bahwa pemanfaatan sumber daya alam tersebut harus tergantung pada sains dan data.
Sebagai contoh, potensi perikanan harus dikelola dengan regulasi spesifik dan berbasis lokasi. Untuk inovasi dan terobosan, budi daya perikanan diharapkan menjadi tulang punggung penguatan ekonomi nasional.
“Ini masih sangat jauh tertinggal karena sekitar 60 persen pengelolaan perikanan kita masih bersifat tradisional. Kalau kita ingin melihat dari sisi investasi, agak sulit diharapkan kedatangan investor untuk berinvestasi di sektor budidaya ketika high risk masih terlihat,” jelas Jompa.
Lebih lanjut, Jompa mengatakan, pengelolaan ikan hasil tangkapan perlu diprioritaskan, terutama di pulau-pulau terpencil agar nilai tambahnya bisa diperoleh.
Para ekonom di ISEI juga diingatkan akan potensi pariwisata bahari. Sumber daya alam kelautan ini tidak hanya untuk ditangkap, tetapi justru pariwisata ini bersifat non-destruktif dan memiliki nilai pendapatan yang jauh lebih besar.
Baca Juga: Luhut Tegur Kementerian Erick Thohir Soal Penggunaan Produk Asing
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV