Pemerintah Impor Beras 1 Juta Ton, Petani: Kami Ditenggelamkan
Ekonomi dan bisnis | 15 Maret 2021, 09:51 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- Pemerintah akan mengimpor beras sebanyak 1 juta hingga 1,5 juta ton tahun ini. Impor dilakukan untuk menjaga pasokan beras dalam negeri. Lantaran pemerintah sudah banyak mengeluarkan stok beras untuk kebutuhan khusus.
Seperti program bantuan sosial beras saat penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), antisipasi dampak banjir, dan pandemi covid-19.
Namun para petani memprotes langkah pemerintah itu. Ketua Kelompok Tani Sarwo Dadi Desa Baleraksa, Karangmoncol, Purbalingga, Fajar menyatakan, saat ini harga gabah sedang turun karena masuk musim panen.
Baca Juga: Jelang Bulan Puasa, Pemerintah akan Impor Beras hingga Gula
Ditambah lagi dampak pandemi Covid-19, sehingga membuat kondisi petani memburuk.
"GKP (gabah kering panen) Rp 300.000 per kuintal. Normalnya Rp 350.000 per kuintal. (Di tingkat petani Purbalingga) beras sekarang Rp 7.800-8.000 per kg," kata Fajar seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (15/03/2021).
Fajar pun khawatir harga gabah di tingkat petani makin anjlok karena ulah spekulan, kalau pemerintah mengimpor beras.
"Di masa pandemi Covid-19 sektor pertanian paling kuat bertahan ekonominya, tapi pemerintah hanya menilai tidak memikirkan nasib para petani. Ditambah lagi pemerintah pusat akan mengimpor beras. Petani ditenggelamkan lagi, petani hanya sebagai slogan negara belaka," tambah Fajar.
Baca Juga: Wacana Impor Beras Usai Presiden Jokowi Serukan Benci Produk Asing, Ini Alasannya
Ia pun berharap pemerintah mempertimbangkan kembali rencana mengimpor 1 juta ton beras.
Di sisi lain, Menteri Perdagangan M Lutfi mengatakan, beras impor itu nantinya akan digunakan sebagai iron stock.
"Iron stock itu barang yang memang ditaruh untuk Bulog sebagai cadangan, dia musti memastikan barang itu selalu ada. Jadi, tidak bisa dipengaruhi oleh panen, atau apapun karena memang dipakai sebagai iron stock," ucapnya saat rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (04/03/2021).
Lutfi memastikan beras impor baru akan dikeluarkan jika memang diperlukan. Sehingga tidak mengganggu pasokan produksi petani dalam negeri.
Baca Juga: Cerita Mendag di Balik Pidato 'Benci Produk Asing' Presiden Jokowi
Impor 1 juta ton beras itu terdiri dari 500.000 ton untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 500.000 ton sesuai dengan kebutuhan Perum Bulog.
Lalu kebijakan yang kedua, adalah penyerapan gabah oleh Perum Bulog setara beras 900.000 ton. Penyerapan itu dilakukan saat panen raya pada Maret sampai dengan Mei 2021 dan 500.000 ton pada Juni sampai September 2021.
Impor Daging dan Gula
Untuk mencukupi kebutuhan saat bulan puasa dan lebaran, Pemerintah juga akan mengimpor daging dan gula.
Pemerintah menegaskan, impor daging dan gula ini bukanlah keputusan mendadak. Lantaran sudah ditetapkan saat rapat koordinasi terbatas (rakortas) pada 6 Januari 2021 lalu.
Baca Juga: Indonesia Segera Impor Garam
Impor daging akan dilakukan dengan 3 langkah. Yaitu impor 80.000 ton daging kerbau India dan 20.000 ton daging sapi Brasil. Lalu, penyerapan sapi siap potong di peternak. Terakhir, percepatan realisasi impor oleh pelaku usaha.
Sedangkan kebijakan penyediaan gula, dilakukan lewat impor gula untuk konsumsi dalam bentuk raw sugar dan impor kebutuhan gula kristal rafinasi (GKR) untuk industri.
Serta, lewat impor penggantian gula eks impor yang diekspor, dan impor sebesar 150.000 ton gula kristal putih (GKP) melalui penugasan BUMN untuk mengantisipasi Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN).
Penulis : Dina-Karina
Sumber : Kompas TV