Dari A sampai Z, Beratnya Tantangan Perdagangan Global
Ekonomi dan bisnis | 6 November 2020, 18:51 WIBSelanjutnya, Iman pun menyebut saat ini tengah terjadi global division of labor. Menurutinya, satu negara tidak bisa berupaya mandiri dan unggul di seluruh bidang.
"Mereka tidak bisa unggul dalam tiap bidang, dan tidak bisa memproduksi sendiri semuanya jadi pada akhirnya akan terjadi global division of labor," kata Iman.
Tak hanya itu, kemajuan atau perkembangan industri 4.0 saat ini pun akan lebih membutuhkan pekerja profesional atau pekerja kantoran (white collar worker) dibandingkan pekerja kerah biru (blue collar worker).
"Kita juga harus aware bahwa mendorong industri kita ke arah industri 4.0, maka konsekuensinya adalah kita harus memikirkan lapangan kerja bagi mereka yang mengandalkan kegiatan secara fisik atau manual (pekerja kerah biru)," kata Iman.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Iman menyebutkan beberapa hal yang perlu dilakukan. Pertama, Indonesia perlu meningkatkan akses pasar ke pasar tradisional sambil mengeksplor pasar non tradisional.
Kedua, mendorong akselerasi transformasi dari ekspor komoditas ke produk atau barand dan jasa yang memberikan nilai tambah.
Ketiga, Indonesia pun harus memiliki target yang jelas dalam menarik ekspor dan investasi, khususnya dalam konteks perundingan. Menurutnya, hal ini untuk menghemat energi dan waktu, dan sebaiknya fokus pada target-target yang besar.
"Jadi idealnya kita harus fokus pada big fish, tetapi bukan berarti kita hanya akan negosiasi dengan negara yang secara ekonomi memang signifikan," katanya.
Berikutnya, memanfaatkan utilisasi perjanjian perdagangan yang sudah ada dan yang akan diterapkan, meminimalkan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan disiplin perjanjian WTO atau perjanjian dagang lainnya baik bilateral dan regional.
Lalu, memprioritaskan ekspor produk barang atau jasa yang kompetitif, sekaligus mengamati dan menganalisis produk yang mengalami penurunan daya saing di pasar.
"Kita harus melihat siapa yang mengambil pangsa pasar kita, kenapa dia bisa ambil, kelebihannya apa saja, berapa harganya, kita bandingkan dengan produk kita di pasar yang sama, dan kita harus bisa melakukan perbaikan dari itu," kata Iman.
Iman mengatakan, saat ini perdagangan internasional pun telah mengalami kenormalan baru jauh sebelum Covid-19 terjadi. Menurutnya, berbagai kenormalan baru di perdagangan internasional bisa terjadi karena gangguan yang konstan dari industri 4.0, cloud computing, artificial intelligents, banyak negara yang sudah kehilangan kepercayaan pada WTO dan sistem perdagangan multilateral, meningkatkan kesepakatan bilateral dan regional dan lain sebagainya.
Penulis : Dyah-Megasari
Sumber : Kompas TV