> >

Perang Rusia-Ukraina: Kisah Evakuasi Sembilan WNI yang Terjebak di Chernihiv

Bbc indonesia | 19 Maret 2022, 10:09 WIB
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha bersama sembilan WNI yang berhasil dievakuasi dari Kota Chernihiv, Ukraina, Jumat (18/3/2022). (Sumber: YouTube Kemlu)

Sembilan WNI berhasil dievakuasi Jumat (18/03) dari kota Chernihiv, Ukraina, setelah melalui upaya yang sangat keras dan cukup lama, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Retno mengatakan proses evakuasi terus menerus dilakukan selama "22 hari" dan "sangat-sangat-sangat tidak mudah" di tengah pertempuran yang berlangsung.

Saat ini kesembilan WNI telah melintas ke Polandia setelah melalui ibu kota Kyiv dan melewati kota di dekat perbatasan, Lviv.

Retno mengatakan berbagai skenario dan jalur evakuasi selalu disesuaikan karena "situasi di lapangan yang terus berubah."

WNI yang baru dievakuasi - pekerja di pabrik plastik di Cherniviv - akan kembali ke Indonesia pada 20 Maret mendatang.

Baca juga:

Dengan dievakuasi sembilan WNI ini, total 133 WNI telah dievakuasi dan 23 WNI memilih tinggal di Ukraina karena alasan keluarga. Sembilan staf penting KBRI lain berada di Lviv.

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha yang ikut menjemput WNI mengatakan mereka "sejak awal sudah terjebak serangan Rusia," dan kementerian luar negeri perlu memikirkan berbagai cara untuk menyelamatkan mereka.

Seorang warga negara Indonesia (WNI) yang masih bertahan di Kyiv, pada Senin (07/03), mengatakan suasana ibu kota Ukraina itu "seram" dan "mencekam".

Prabowo Himawan mengatakan kepada BBC News Indonesia bahwa di Kyiv kini banyak barikade, beton-beton, kawat berduri, serta patroli keamanan rakyat.

"Suasana Kyiv, ada rasa mencekam karena ada barikade-barikade itu, ada jejak-jejak pertempuran sedikit. Kalau di pinggiran, ada truk terbakar, tank di tengah jalan. Saya tinggal di pinggiran dan saya melihat itu," papar pria yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Universitas Taras Shevchenko, Kyiv.

Suasana di Kota Kyiv, sambungnya, sepi dan banyak relawan keamanan rakyat yang bersenjata di tiap tikungan.

"Kalau ketemu tentara reguler, saya tak takut karena profesional. Saya nggak grogi ketika mereka memberhentikan kendaraan, periksa sambil menodongkan senapannya. Tapi kalau keamanan rakyat kan orangnya nggak jelas, pegang senjata masih gemetar. Orang sipil ditodong dan ditanya dokumennya, seram juga saya," kata Prabowo.

Untuk menunjang keperluan sehari-hari, supermarket dan apotek masih buka.

"Apotek buka, tapi antrean pasti panjang. Setiap toko dan supermarket yang buka, pasti antre dan panjang," paparnya saat berbincang dengan wartawan BBC News Indonesia, Endang Nurdin.

Iryna Zalevska, salah seorang mahasiswi di Kyiv yang diajar Prabowo, mengatakan hal senada. Menurutnya, banyak produk makanan—seperti roti, susu, dan sayuran—telah ludes di supermarket.

Dia mengatakan sudah bersiap jika sewaktu-waktu harus mengungsi.

"Di sini ada barang-barang yang sudah dikumpulkan untuk evakuasi. Ada koper dan barang-barang," tutur Irina dalam bahasa Indonesia yang fasih, menunjukkan koper-koper yang sudah mereka siapkan.

WNI dievakuasi mulai akhir Februari

WNI yang berada di Ukraina mulai dievakuasi sejak akhir Februari lalu, beberapa hari setelah Rusia menyerang pada 24 Februari lalu.

Tono (bukan nama sebenarnya) mengatakan mereka telah melintasi perbatasan Moldova pada Senin (28/02) malam waktu setempat.

"Kita semua aman, termasuk balita," sebutnya dalam percakapan dengan BBC News Indonesia saat evakuasi.

Keterangan dari KBRI Kyiv menyebutkan 60 WNI dan satu warga negara Ukraina yang merupakan suami salah seorang WNI, dievakuasi dengan tujuh mobil melalui jalan darat menuju perbatasan Ukraina dan Moldova, dengan jarak sekitar 330 kilometer, melewati 10 checkpoints (pos pemeriksaan).

Erna Herlina, pejabat KBRI Kyiv, mengatakan mereka "tidak melewati pusat kota, tapi ke arah pinggiran, dan tidak melihat ada gedung yang rusak."

"Tapi saya sempat lihat ada dua kepulan asap di kejauhan, namun saya tak dapat memastikan apakah asap itu akibat pertempuran atau bukan," kata Erna kepada BBC News Indonesia.

Di perbatasan, para WNI dan tim evakuasi bertemu dengan tim dari KBRI Bucharest. Selanjutnya para WNI dibawa ke Bucharest, Romania.

Rencana evakuasi puluhan WNI dari Kyiv - yang telah berada di gedung KBRI selama lima hari empat malam, dilakukan bertepatan dengan berakhirnya jam malam di Kota Kyiv, pada Senin pagi (28/02).


Rusia menyerang Ukraina:


Perjalanan evakuasi, dipimpin Dubes RI Kyiv, Ghafur Dharmaputra, bertepatan juga waktunya dengan dimulainya negosiasi antara Ukraina dan Rusia di Gomel, Belarus sehingga ada waktu jeda untuk kemanusiaan.

Beberapa jam sebelumnya, sebanyak 31 WNI lainnya berhasil dievakuasi dari dua kota di Ukraina menuju Rzeszow Polandia dan Rumania, menurut Kementerian Luar Negeri Senin (28/02)

"Mereka dalam keadaan sehat," kata Kemenlu dalam unggahan Twitter.

Enam WNI dan seorang WNA yang merupakan pasangan dari seorang WNI dievakuasi dari Lviv, Ukraina dan telah tiba di Polandia sementara 25 WNI lainnya dibawa dari Odesa dan telah tiba di Rumania.

Respons WNI ketika invasi Rusia dimulai

Saat Rusia mulai menyerbu Ukraina pada tanggal 24 Februari lalu, seorang WNI yang tinggal di Ukraina barat mengatakan bunyi sirene yang bergema di kota tempat tinggalnya membuat 'merinding' karena sirene itu adalah tanda invasi Rusia dimulai dan "perang sudah dimulai".

"Kami di rumah, saat bangun terdengar suara sirene, dan kami buka jendela...Di setiap kota ada peringatan dengan suara sirene. Itulah tanda peringatan untuk kita bahwa perang sudah dimulai, beberapa kota diserang," kata Benni yang tinggal di Kota Ternopil bersama istrinya, yang merupakan warga Ukraina, dan putri mereka.

Sebelumnya, Benni mengatakan kepada BBC News Indonesia bahwa para warga diberikan peta berisi informasi tempat bunker-bunker bila terjadi penyerangan.

Benni mengatakan melalui kanal YouTubenya bahwa sirene terus berbunyi untuk memperingatkan warga berwaspada.

Namun Benni mengatakan suasana di kotanya masih aman dan dia berusaha tidak panik karena istrinya tengah hamil besar.

Sementara itu, seorang WNI di Kyiv - Tono (bukan nama sebenarnya) - juga bercerita mendengar bunyi sirene di pagi hari. Dia mengatakan telah menyiapkan air bersih dan makanan di rumahnya sebelum memutuskan evakuasi ke KBRI.

"Saat ini sudah ada lebih dari 50 orang termasuk keluarga pejabat KBRI," kata Tono kepada BBC News Indonesia.

Tono mengatakan melihat warga Kyiv yang antre membeli makanan dan evakuasi mandiri dengan menggunakan kendaraan.

Tono juga mengatakan sempat mendengar bunyi ledakan dari KBRI namun tidak dapat memastikan apakah bunyi itu antimisil Ukraina atau rudal yang ditembakkan Rusia.

 

Artikel ini merupakan hasil liputan BBC Indonesia yang ditayangkan juga di Kompas.TV

Penulis : Edy-A.-Putra

Sumber : BBC


TERBARU