Mogok Produksi karena Harga Kedelai Naik, Produsen Tahu Tempe: Kita Nyerah! (1)
Bbc indonesia | 22 Februari 2022, 12:52 WIBBerdasarkan catatan Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti), produksi tahu dan tempe di Indonesia tiap bulan mencapai 250.000 ton.
Sebanyak 70% pasar terbesar ada di pulau Jawa. Untuk kebutuhan di Jakarta, (dibutuhkan) sebanyak 20.000 ton per bulan.
Ketua Puskopti DKI Jakarta, Sutaryo mengatakan, melalui mogok ini ia berharap pemerintah ikut campur dalam menentukan harga dalam negeri melalui subsidi.
"Jangka pendeknya, kalau harga kedelai tinggi, lalu konsumen daya belinya lemah, maka harus disubsidi. Karena ini konsumsi masyarakat lemah," katanya.
Untuk jangka panjang, Sutaryo mendesak agar pemerintah membenahi tata niaga kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu. "Supaya pemerintah punya buffer stock [pasokan cadangan]," katanya.
Harga labil kedelai
Menurut Sutaryo, aksi mogok perajin tempe dan tahu merupakan "masalah klasik". "Masalah yang sama, berulang-ulang dari tahun 2008," katanya.
Jauh sebelum itu, pada 1998 International Monetary Fund (IMF) memberikan resep perbaikan ekonomi kepada pemerintah Indonesia, di antaranya menekan pajak impor.
Dengan demikian, komoditas seperti kedelai bisa didapat dengan murah dari luar negeri.
Harga kedelai ditentukan oleh harga internasional. Berdasarkan BPS, sejauh ini impor terbesar kedelai Indonesia berasal dari Amerika dan Kanada.
Impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saat ini sudah di atas 90%.
Pada 2008 terjadi krisis keuangan dunia, berdampak terhadap harga kedelai dan mempengaruhi produk turunannya yaitu tempe dan tahu.
"2008 gejolak harga [kedelai] dari Rp3.000 ke Rp6.000. Bukan naik. Tapi pindah harga.
"Demo ke Istana ke DPR-RI. Penyelesaiannya, dalam tiga bulan kita dapat subsidi Rp1000," kata Sutaryo yang mengatakan saat itu satu-satunya subsidi yang pernah dilakukan pemerintah untuk menyetabilkan harga tahu dan tempe.
Setelah peristiwa itu, lanjut Sutaryo, mogok atau unjuk rasa dari perajin tempe dan tahu selalu terjadi hampir setiap dua tahun sekali—sampai sekarang.
"Karena swasta murni, ya kita juga nggak bisa menyalahkan swasta. Karena buffer stock-nya itu kan ada di mereka. Pemerintah nggak bisa megang buffer stock-nya. Maka nggak bisa menstabilitaskan harga," katanya.
Setelah mogok produksi tiga hari ini, perajin tempe dan tahu akan menaikkan harga sebesar 20% dari sebelumnya.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : BBC