Bakti BCA Dukung Inovasi Mutakhir Ruang Inkubasi 15.000 Telur Penyu Buatan Anak Bangsa
Advertorial | 30 Juli 2024, 14:35 WIB
BANYUWANGI, KOMPAS.TV – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melanjutkan komitmennya dalam upaya pelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Melalui program Bakti BCA, perseroan mendukung penelitian dan pembuatan “Intan Ruang” oleh Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF).
“Intan Ruang” merupakan alat inkubasi telur penyu buatan berskala ruang dengan volume 12 m3 ,yang dapat meningkatkan kemungkinan penetasan tukik secara signifikan.
Selain tidak memerlukan media pasir, “Intan Ruang” tercatat memiliki rasio keberhasilan penetasan telur penyu yang tinggi sejak digunakan pada Mei 2024, yakni di atas 90 persen.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata rasio keberhasilan penetasan dengan metode relokasi ke sarang semi alami yang pernah dikelola BSTF sebelumnya.
Keunggulan lainnya dari “Intan Ruang” adalah kemampuan untuk mengatur suhu dan kelembapan udara selama proses inkubasi telur penyu berlangsung. Sebagai hasilnya, upaya ini dapat lebih baik mengatur rasio jenis kelamin anak penyu (tukik) yang akan menetas.
Dari sisi kapasitas, “Intan Ruang” juga dapat menampung hingga 15.000 telur penyu. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan kapasitas “Intan Box” (media inkubasi telur serupa dengan bentuk kotak berukuran 120x60x46 cm) yang sebelumnya pernah didukung oleh Bakti BCA, yaitu sekitar 1.000 telur penyu.
Baca Juga: Bakti BCA, Langkah Konkret Dukung Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia
Saat ini, “Intan Ruang” dan “Intan Box” telah mendapatkan surat pernyataan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk dapat diberikan Paten Sederhana, dan sedang berproses final untuk penerbitan Sertifikat Paten Sederhana.
Sebelumnya, invensi lain dari BSTF bernama “Sari Box” yang juga didukung penelitian dan pembuatannya oleh Bakti BCA, telah mendapatkan Sertifikat Paten Sederhana dengan Nomor Paten IDS000006489.
“Sari Box” merupakan alat terapi untuk mempercepat kuning telur yang masih besar agar terserap ke dalam tubuh tukik, dan menjadi cadangan makanan selama 4 hari kembali ke laut.
Pembina BSTF Wiyanto Haditanojo menyebutkan, pemanasan global menyebabkan mayoritas penyu yang mentas di alam saat ini berjenis kelamin betina.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV