Pengamat Media Baru Prabu Revolusi Jelaskan Alasan Prabowo-Gibran Unggul di TikTok
Advertorial | 7 Februari 2024, 18:45 WIBKOMPAS.TV – Prabu Revolusi selaku pengamat media baru memberikan respon terhadap rilis terbaru Puspenpol. Prabu menilai, jangkauan maupun percakapan media sosial Prabowo-Gibran memang benar masih konsisten unggul terutama di TikTok.
“Kalau kita melihat bagaimana data dari udara dalam hal ini jangkauan di social media khususnya TikTok maka Prabowo Gibran itu masih konsisten mendominasi baik dari sisi percakapan ataupun jangkauan di Social Media TikTok,” kata Prabu di Jakarta, Selasa, (06/02/2024).
Baca Juga: Prabu Revolusi dan Ujang Komarudin Kritik Tuduhan ke Pratikno Sebagai Operator Politik Jokowi
Prabu juga menilai bahwa hal tersebut dibuktikan dengan mention video Prabowo yang memiliki jangkauan mencapai 22,4 miliar penayangan, begitupula Gibran Rakabuming yang mencapai 12,7 miliar.
“Ini bisa kita lihat dari sisi mention jangkauannya mencapai 22,4 Milyar penayangan sementara Gibran itu 12,7 miliar penayangan, dari sisi mention bisa dikatakan Prabowo itu mengungguli jauh ya dari Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo,” lanjutnya.
Pengamat media baru itu juga menjelaskan bahwa TikTok adalah platform media sosial terbesar yang hingga kini mampu memberikan pengaruh terhadap keputusan politik masyarakat.
“Secara data ya kalau kita liat dari beberapa sumber apakah itu berasal dari HotSuite ataupun dari We Are Social yang sama-sama mengatakan bahwa TikTok adalah platform media sosial terbesar saat ini yang memberi pengaruh kepada keputusan politik,” jelasnya.
Prabu juga menjelaskan hasil kajian satu pengamat dengan pengamat lain bisa berbeda karena bisa jadi kata kunci atau keyword yang digunakan juga berbeda ketika menarik data.
“Kok berbeda dengan pengamat lain yang mencoba membuat kajian tentang analisa percakapan ataupun interaksi pasca debat di TikTok? Karena bisa saja ada keyword yang berbeda dalam penarikan data. Jadi 'kan etika penarikan data, keyword jadi salah satu parameter yang digunakan untuk bisa data mining,” tutur Prabu.
Prabu menilai, sebuah keyword haruslah setara dan kuat atribusinya. Prabu mencontohkan, bahwa kata ‘Amin’ tidak bisa dijadikan keyword tunggal karena kata tersebut memiliki atribusi atau asosiasi yang begitu luas termasuk ketika berdoa.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV