B20 Summit 2022 di Bali, Siapkan 4 Legacy Penting
Advertorial | 18 November 2022, 08:00 WIBNUSA DUA, KOMPAS.TV – Perhelatan B20 Indonesia Summit 2022 atau Konferensi Tingkat Tinggi B20 (KTT B20) yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDC), Kawasan Nusa Dua resmi dibuka, Minggu (13/11/2022).
B20 Summit yang diinisiasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berlangsung selama dua hari, yakni 13–14 November 2022 dan dihadiri lebih dari 3300 delegasi yang terdiri dari 2000 CEO, pemimpin bisnis dari 65 negara dan beberapa kepala negara yang telah terdaftar.
Acara ini sekaligus menjadi puncak rangkaian kegiatan Presidensi B20 Indonesia yang telah dimulai simultan sejak Inception Meeting pada bulan Januari 2022.
Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani saat membuka acara B20 Summit yang mengusung tema “Advancing Innovative, Inclusive, and Collaborative Growth” mengatakan, konferensi ini telah didukung lebih dari 1200 anggota Task Force dan Action Council, serta anggota International Advocacy Caucus yang mewakili lebih dari 15 sektor industri.
Shinta juga dengan bangga menyatakan, tahun ini 34 persen anggota Task Force/Action Council B20 Indonesia adalah perempuan yang menunjukkan komitmen berkelanjutan Indonesia di B20 untuk mempromosikan pemberdayaan dan inklusi perempuan.
Hal tersebut mencerminkan penekanan pada inklusivitas dalam proses B20 Indonesia sepanjang tahun, terdapat keragaman pembicara dan audiens hari ini dengan 100 pembicara lebih dari 30 negara.
“Forum ini bersifat global dan peran kami dalam menyatukan berbagai kelompok pemangku kepentingan dengan sangat serius. Melalui bantuan delegasi dari seluruh dunia, dengan senang hati saya sampaikan bahwa kami secara kolektif merumuskan prioritas kami di B20 Indonesia menjadi 25 policy recommendation dan 68 policy action,” ujar Shinta.
Baca Juga: B20 Summit Berhasil Hadirkan Communique untuk Pemulihan Ekonomi yang Inklusif
Menurut Shinta, semua rekomendasi dan tindakan kebijakan didasarkan pada kondisi komunitas global saat ini, mulai dari pandemi, pesatnya digitalisasi, rantai nilai global yang lebih inklusif, mengatasi dampak perubahan iklim dan isu lainnya yang mendorong perlunya tata nilai yang baru, lebih adil dan inklusif.
Shinta menambahkan, prioritas B20 Indonesia, sambung Shinta, juga selaras dengan prioritas G20 Indonesia yang menekankan pada transisi energi yang berkelanjutan, memperkuat arsitektur kesehatan global dan memajukan transformasi digital.
“Untuk itu, kami merumuskan tiga bidang terobosan yaitu inovasi untuk pertumbuhan pasca krisis yang adil, penyertaan UMKM dan kelompok rentan untuk pembangunan berkelanjutan, dan kolaborasi negara maju dan berkembang untuk pertumbuhan yang tangguh dan berkelanjutan,” jelasnya.
Tiga bidang prioritas B20 ini tercermin dalam tindakan dengan tujuan menyeluruh untuk mendorong masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan. B20 Indonesia, kata Shinta, dalam setiap terobosannya mendukung serangkaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB.
Selama Presidensi G20 diemban Indonesia sepanjang tahun ini, B20 Indonesia berkomitmen untuk memberikan hasil yang konkret serta dapat ditindaklanjuti, yang memberikan dampak berkelanjutan untuk dapat diteruskan oleh Presidensi B20 berikutnya. Untuk itu, B20 Indonesia juga mengembangkan legacy program yang berkelanjutan dan bertahan lama.
Di akhir Summit, B20 Indonesia telah menyiapkan B20 Final Communique, sebuah dokumen yang merangkum seluruh policy recommendation yang diserahkan kepada KTT G20. Harapannya, rekomendasi tersebut dapat diadopsi oleh G20 sehingga kedua forum ini dapat terus bekerja sama untuk mengimplementasikannya demi mencapai kemajuan yang saat ini diperjuangkan.
Dalam kesempatan yang sama, Host of B20 Indonesia dan Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, selama Presidensi tahun ini B20 Indonesia berkomitmen untuk memberikan hasil yang konkret, dapat ditindaklanjuti untuk dapat diteruskan oleh Presidensi B20 berikutnya sehingga memberikan dampak signifikan bagi negara-negara G20.
Arsjad memaparkan, B20 Summit tahun ini berlangsung di tengah gejolak geopolitik yang semakin intensif, serta kekhawatiran bahwa globalisasi telah gagal memberikan keuntungan yang adil. Belum lagi, tantangan perubahan iklim yang tak terbantahkan, yang mungkin merupakan yang paling mendesak dari semuanya.
"Untuk itu, fokus prioritas B20 Indonesia tahun ini seperti yang baru saja dijabarkan Ibu Shinta yaitu memajukan pertumbuhan yang inovatif, inklusif, dan kolaboratif," ujar Arsjad. Ketiga prioritas itu, lanjut Arsjad, memiliki makna yang spesial bagi Indonesia yang sangat majemuk tetapi bisa bersatu teguh.
"Hari ini, melalui B20 Summit kita ditantang untuk bekerja bersama mendukung ekonomi yang sedang rapuh agar bangkit kembali sembari memastikan ke depannya kedamaian dan kemakmuran senantiasa dapat diakses oleh semua kalangan," sambung Arsjad.
Arsjad mengatakan, kita harus berani keluar dari cara lama dan zona nyaman serta berinovasi, bukan hanya dalam hal teknologi tetapi juga dalam cara kita bekerja sama, pola pikir dan kebijakan-kebijakan kita karena saat ini yang dihadapi merupakan tantangan baru sehingga perlu solusi baru yang sesuai dan menghasilkan pertumbuhan yang inklusif.
“Selama beberapa dekade globalisasi telah mendorong peningkatan produktivitas dan menghasilkan kemakmuran yang luar biasa bagi sebagian kalangan, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua lapisan masyarakat mendapat manfaat yang sama. Untuk itu, kita harus membuat solusi inovatif untuk mempercepat pertumbuhan inklusif dengan cara yang ramah lingkungan berkelanjutan dan kolaboratif lintas sektor,” ujarnya.
Baca Juga: Kadin Siap Beberkan 3 Strategi Pemulihan Ekonomi Dunia di B20 Summit
Dalam menghadapi tantangan yang begitu besar, Arsjad mendorong kolaborasi dan tindakan dari publik-Swasta untuk menggunakan pengaruh dan dampak yang dimilikinya sehingga dapat bersama-sama mencapai tujuan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sebagai kerangka dasar, Arsjad mengusulkan agar semua langkah besar ini dipandu oleh lima hal penting, yakni Peace, Prosperity, People, Planet, dan Partnerships.
Legacy Program
Selama Presidensi G20 diemban Indonesia sepanjang tahun ini, B20 Indonesia berkomitmen untuk memberikan hasil yang konkret serta dapat ditindaklanjuti, yang memberikan dampak berkelanjutan untuk dapat diteruskan oleh Presidensi B20 berikutnya.
Untuk itu, B20 tidak hanya menghasilkan policy recommendation serta policy action sebagai hasil kerja 6 Task Forces dan 1 Action Council, tetapi juga mengembangkan legacy program. Legacy program ini dimaksudkan bukan hanya sebagai one time initiative, melainkan juga sebagai tindakan konkret yang bisa dilanjutkan Presidensi B20 berikutnya.
Legacy program B20 Indonesia memiliki tiga elemen kunci. Pertama, legacy program merupakan solusi yang inovatif dan unik dalam menjawab permasalahan global agar bisa memberikan added value. Kedua, legacy program dibuat berlandaskan kolaborasi antar negara melalui kerja sama aktif antar negara G20 yang akan menjadi kunci dalam merealisasikan program tersebut.
Ketiga, legacy program bertujuan untuk memberikan dampak yang nyata dan berkelanjutan dalam membuat perubahan sistematis bagi berbagai komunitas global. Rumusan 4 legacy program memastikan mampu menjawab permasalahan global tiga agenda prioritas, yaitu green transition, inklusivitas ekonomi melalui digitalisasi serta pemerataan akses kesehatan.
Untuk transisi hijau, legacy yang disiapkan adalah Carbon Centre of Excellence sebagai Knowledge Hub & Practice Sharing Center untuk mengembangkan voluntary carbon market sebagai sumber pembiayaan alternatif. Sedangkan untuk pertumbuhan inklusif dan digitalisasi, dikembangkan B20 Wiki sebagai sistem pendukung bagi UMKM melalui Wiki Learn, Wiki Do, dan Wiki Scale.
Legacy lainnya yang terkait adalah One Global Women Empowerment (OGWE) yang akan mendorong pertumbuhan kewirausahaan perempuan melalui pemberdayaan perempuan pengusaha, peningkatan literasi digital, permodalan dan keamanan lingkungan kerja.
Sementara untuk prioritas kesehatan, B20 mengembangkan Global “One Shot” Campaign yang bertujuan untuk menyediakan infrastruktur relevan untuk mitigasi krisis kesehatan masa depan melalui keterlibatan sektor bisnis global dalam menyediakan akses vaksin dan riset klinis.
Baca Juga: TF ESC-B20, Lahirkan Kawasan Industri Hijau Pertama di Asia Tenggara
Arsjad mendorong dunia usaha memanfaatkan forum B20 untuk saling berbagi informasi dan teknologi, serta mengembangkan aksi strategis yang inovatif. Ia menegaskan, B20 Indonesia bukan hanya untuk memberi ruang bagi kepentingan sekelompok pemimpin bisnis global, melainkan juga bagi kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Mengingat UMKM menjadi salah isu penting yang disuarakan B20 Indonesia.
“B20 juga perlu mendorong formulasi stimulus dunia usaha yang tepat sasaran dan efektif, khususnya dalam masa pemulihan, baik itu fiskal maupun non fiskal, untuk sektor-sektor yang memang potensial seperti bidang energi terbarukan, ekosistem baterai dan mobil listrik, hingga usaha di bidang circular economy,” jelas Arsjad.
Hingga saat ini, legacy program B20 telah mendapatkan dukungan dari perusahaan-perusahaan multinasional dan organisasi multilateral yang terlibat dalam kerja besar B20 dalam bentuk keterlibatan sebagai signatories, hingga keterlibatan aktif dalam rangkaian kerja serta pertemuan Task Forces/Action Council dan International Advocacy Caucus sebagai bentuk kolaborasi global melalui B20 Indonesia
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV