Kolaborasi Memajukan Ekonomi Digital Indonesia
Advertorial | 29 Maret 2022, 10:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Pembatasan fisik yang terjadi selama dua tahun terakhir akibat pandemi Covid-19 membawa perubahan terhadap perilaku konsumen. Hal ini mendorong sebanyak mungkin pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memasuki pasar digital.
Executive Director Lazada Indonesia, Ferry Kusnowo terus mencatat penambahan penjual online yang terjadi di e-commerce. Menurutnya, adaptasi bisnis online tidak bisa dihindari para pelaku usaha.
“Selama pandemi, ternyata angkanya yang berjualan online naik sampai tiga kali lipat. Berarti banyak seller-seller yang bergerak dari arah offline ke online,” kata Ferry Kusnowo, Executive Director Lazada Indonesia dalam dialog “Masa Depan Ekosistem Ekonomi Digital Indonesia”, yang tayang di YouTube KompasTV, Kamis (24/3/2022).
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mencatat, e-commerce memainkan peranan yang sangat besar dalam ekonomi digital Indonesia diprediksi akan tumbuh hingga delapan kali lipat, dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun pada 2030 mendatang.
Peran sebesar 34 persen atau setara dengan Rp 1.900 triliun, diikuti layanan digital B2B (Business to Business) yang tumbuh 13 persen atau setara dengan Rp 763 triliun dari pertumbuhan tersebut.
Baca Juga: Studi Lazada Ungkap 3 Keterampilan Utama yang Harus Dikuasai Talenta Digital
Kendati demikian, para pelaku UMKM masih menemui dalam berjualan online. Kurangnya mindset digital menjadi salah satu faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi digital terhambat.
“Mulai dari kemauan atau apa yang seller-seller ini mau lakukan. Training dan learning itu tersedia, tetapi tidak semudah itu kalau pemikirannya belum matang sampai ke bagaimana cara berjualan online,” imbuh Ferry.
Tantangan lain juga datang dari pembeli. Ferry melihat, banyak dari pembeli yang ternyata belum tahu cara belanja online aman dan nyaman sehingga masih terjadi fraud.
Tantangan memajukan talenta digital
Lebih jauh, Ferry berkesimpulan bahwa tantangan utama memajukan ekosistem ekonomi digital Indonesia ada pada pemberdayaan UMKM dan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) berwawasan digital, atau yang sering disebut talenta digital.
“Tantangannya adalah digital talent dan juga kemampuan kita memberdayakan UMKM. Bagaimana membuat mereka mindset-nya ready untuk berjualan online dan talent yang sesuai dengan kebutuhan industrinya,” jelas Ferry.
Menurut Menkominfo, Indonesia saat ini membutuhkan 9 juta talenta digital yang berketerampilan khusus untuk mendukung transformasi digital nasional dalam 15 tahun ke depan.
Terkait hal ini, Indonesia sudah diperkirakan mengalami bonus demografi pada 2030 mendatang dengan 64 persen dari total penduduk merupakan usia produktif. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi justru akan menjadi beban negara.
Studi Lazada 2021 mengenai “Pengembangan Talenta untuk Ekonomi Digital Indonesia” mengungkapkan empat pendekatan yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan dan memberdayakan 3,7 juta pekerjaan baru di sektor digital.
Di antaranya adalah melakukan kolaborasi antar pemangku kepentingan, menyediakan pelatihan praktis, memfasilitasi program bimbingan bisnis dan karier yang komprehensif, serta diperlukan kolaborasi dengan pemerintah daerah, masyarakat, dan perusahaan.
Baca Juga: Bangun Ekosistem Ekonomi Digital Jawa Barat, Ridwan Kamil Kunjungi Gudang Lazada
Untuk itu, pemerintah Indonesia berkolaborasi dengan Lazada Indonesia dalam program pemberdayaan bagi para talenta yang ada di Indonesia. Plt. Direktur Riset Teknologi, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kemendikbud Ristek, Teuku Faisal Fathani menyebutkan, penyiapan SDM harus disiapkan sedini mungkin.
“Di tahap pendidikan tinggi ada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), tahun lalu ada lebih dari 80.000 mahasiswa dan tahun ini diharapkan lebih dari 120.000. Dan diharapkan 40 persennya adalah talenta digital,”
Faisal juga menyebutkan adanya penambahan mahasiswa yang melakukan magang di Lazada, yakni dari 80 di tahun lalu menjadi 133 mahasiswa di 2022.
Tak hanya itu, Faisal mengatakan pemerintah juga tengah melakukan sejumlah program pembentukan talenta digital di vokasi dan perguruan tinggi sehingga bonus demografi memenuhi kebutuhan industri.
“Transformasi pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga tinggi secara holistik ini harus digerakkan bersama-sama. Misalnya ada transformasi pendidikan vokasi di politeknik dan SMK ya, kemudian di perguruan tinggi ada kegiatan-kegiatan pembentukan talenta digital melalui MBKM,” ujar Faisal.
Dalam dunia profesi nanti, mahasiswa yang telah lulus dituntut untuk menguasai tidak hanya satu bidang yang mereka dalami di kuliah saja.
Di sini lah MBKM hadir dengan 8 program, yaitu pertukaran pelajar, magang perusahaan, studi independen, kampus mengajar, kewirausahaan, proyek kemanusiaan, penelitian, dan kuliah kerja nyata tematik.
Program-program ini dinilai dapat membentuk karakter sumber daya manusia menjadi unggul dan utuh.
“Unggul dari segi hard skill dan soft skill, utuh dari segi berbudi pekerti, berjuang mandiri, dan berdaya saing,” tambah Faisal.
Pemberdayaan UMKM
Dewasa ini, banyak UMKM yang telah mengalami digitalisasi dan memanfaatkan e-commerce sebagai wadahnya. Bukan hanya untuk berjualan, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan sesama penjual.
Walaupun demikian, nyatanya masih banyak tantangan yang dihadapi UMKM dalam beradaptasi dengan digitalisasi, salah satunya adalah kesiapan.
Oleh karena itu, Lazada telah melakukan upaya untuk mendukung pemberdayaan UMKM, yaitu melalui Gerakan Akselerasi Karya Rakyat (AKAR) Digital Indonesia.
Baca Juga: Bisakah Indonesia Jadi Negara Dengan Kekuatan Ekonomi Digital Terbesar di Asia Tenggara?
Dengan program ini, Lazada berupaya untuk menjangkau UMKM di daerah-daerah dan memberikan mereka pengetahuan dan skill berjualan online agar mereka juga bisa menjadi bagian dari ekonomi digital Indonesia. Gerakan AKAR Digital Indonesia telah dimulai di Jawa Barat dan Jawa Timur, dan akan merambah ke daerah lainnya di Indonesia dalam waktu dekat ini.
Menurut Ferry, dalam melakukan usaha untuk pemberdayaan UMKM tantangannya tidaklah mudah. Ketika turun ke lapangan untuk merekrut UMKM, akan sangat sulit jika Lazada hanya turun tangan sendiri.
“Harus bekerja sama dengan pemerintah daerah dan mencari organisasi-organisasi yang sudah menjadi wadah berbagai UMKM ini,” tambah Ferry.
Bukan hanya itu, sekarang ini Lazada juga telah mulai bergerak untuk menyediakan kesempatan pada UMKM untuk bersaing secara regional. Sebelum beralih ke tingkat global, Laza terlebih dahulu melihat bagaimana cara UMKM memenuhi kebutuhan negara tetangga.
Dalam mempersiapkan kesiapan UMKM di era ekonomi digital, kolaborasi menjadi kunci yang sangat penting.
“Kolaborasi penting sekali bukan hanya dengan Lazada, tapi juga dengan pemerintah, pemerintah daerah, organisasi, dan swasta agar UMKM tetap bisa bertahan dalam program ini dan bisa maju terus menjadi digital ready,” tutup Ferry.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV