> >

Percepatan Pembangunan Rendah Karbon, Kemlu dan Kementerian ESDM Dorong Investasi di Sektor EBT

Advertorial | 2 Desember 2021, 21:55 WIB
Webinar Strengthening International Cooperation to Enhance Business Opportunities and Investment in Indonesia's Renewable Energy Development yang diselenggarakan Kemlu dan Kementerian ESDM, (ESDM), Senin, (29/11/2021). (Sumber: Dok. Kemlu)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Dalam upaya peningkatan dan percepatan pembangunan rendah karbon, pemerintah perlu berkolaborasi dengan organisasi internasional, lembaga keuangan regional dan global, dunia usaha dan korporasi, serta pilantropis. Kolaborasi ini bertujuan untuk menyediakan dukungan finansial.

Pesan itu disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ir. Arifin Tasrif, dalam sambutannya pada acara webinar yang digelar secara hybrid, berjudul “Strengthening International Cooperation to Enhance Business Opportunities and Investment in Indonesia's Renewable Energy Development". 

Webinar tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, berkeja sama dengan Kementerian Energi dan Mineral (ESDM), Senin, (29/11/2021).

Arifin menjelaskan, dukungan finansial merupakan satu unsur penting, berdampingan dengan penyusunan kerangka peraturan.

“Peraturan yang telah disusun pemerintah, di antaranya dalam bentuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL 2021 - 2030), Roadmap toward Net Zero Emission 2060, serta peraturan terkait carbon economy,” jelas Arifin.

Pada sambutan pembukaannya, Dirjen Kerja Sama Multilateral Kemlu, Febrian A. Ruddyard menyampaikan, Indonesia memerlukan investasi sebesar USD 70 miliar.

Baca Juga: Pemerintah Terus Perkuat Komitmen dan Dukungan Terhadap Sektor Energi Baru dan Terbarukan

Investasi ini bertujuan untuk mencapai target 23 persen energi terbarukan pada 2025, sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) 2014 dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017.

“Tanpa Investasi, yang memadai tentunya akan mustahil mencapai target tersebut,” kata Ruddyard.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal International Renewable Energy Agency (IRENA), Francesco La Camera, berpartisipasi dari Abu Dhabi menyampaikan keynote speech.

Pada prinsipnya, Francesco menyepakati bahwa kerja sama internasional diperlukan untuk mencapai target energi transisi termasuk oleh Indonesia.

“IRENA siap bekerja sama dengan Indonesia dalam upaya tersebut,” tegas Francesco .

Panel diskusi dimoderatori oleh Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kemlu, Hari Prabowo, dan menghadirkan narasumber di antaranya Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Chrisnawan Anditya dan Head of Energy and Materials Platform/Member of the Executive Committee of the World Economy Forum, Roberto Bocca yang bergabung dari Kantor Pusat WEF di Swiss.

Selain itu, hadir pula Wakil Ketua Kadin sekaligus Apindo, Shinta Kamdani, Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma, dan Pendiri Society of Renewable Energy (SRE), Zagy Berlian.

Baca Juga: Energi Baru Terbarukan Keharusan, Bukan Pilihan

Para narasumber umumnya menyoroti keberadaan energi Indonesia saat ini yang 92 persen masih berasal dari bahan bakar fosil. Sementara itu, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dapat dimaklumi bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan permintaan energi yang sangat besar.

Dewan Energi Nasional telah memproyeksikan bahwa permintaan energi akan tumbuh dengan laju 4,3 persen hingga 5 persen sampai tahun 2050. Dengan tren saat ini, permintaan energi akan berlipat ganda pada tahun 2030.

Menyepakati hal tersebut, Pejabat Fungsional Diplomat yang tengah bertugas di PTRI ASEAN, Djatu Riyanda Primadini menyebutkan, perlunya upaya berkesinambungan untuk mengangkat dan menunjukkan potensi-potensi Indonesia di bidang energi terbarukan.

Hal itu, menurutnya, dapat dapat menarik lebih banyak investor untuk menanamkan modalnya untuk mendorong laju transisi energi nasional.

Webinar ditutup oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan, Kementerian Luar Negeri, Yayan GH Mulyana, yang menegaskan perlunya dukungan penuh Pemerintah Republik Indonesia pada pengembangan sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Yayan juga menilai pentingnya untuk melibatkan dan menguatkan komitmen kerja sama internasional dengan calon-calon investor dan masyarakat internasional untuk menuju optimalisasi pemanfaatan sektor energi terbarukan Indonesia.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU