> >

Perempuan Kepala Keluarga, antara Dukungan Moral dan Modal

Advertorial | 22 Desember 2020, 10:52 WIB
Ilustrasi pemberdayaan ekonomi bagi perempuan kepala keluarga melalui budaya tenun. (Sumber: pekka.or.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Peran perempuan mustahil dilepaskan dari pergerakan ekonomi keluarga. Banyak perempuan bertindak sebagai pencari nafkah utama saat perspektif negatif dan ketimpangan hak masih kerap mereka terima.

Pendiri dan Direktur Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Nani Zulminarni, menyebut, jumlah perempuan berperan sebagai kepala keluarga mencapai 15,46 persen di Indonesia. 

Jika diterjemahkan ke dalam angka, jumlahnya tak kurang dari 19 juta jiwa.

Mereka adalah produsen, artisan, sekaligus konsumen yang menggerakkan perekonomian keluarga dan komunitasnya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga banyak dikendarai perempuan. 

Bahkan, jumlah perempuan yang memegang kemudi pada sektor ini mencapai 60 persen.

Baca Juga: Lewat Twitter, Presiden Joko Widodo Apresiasi Dua Perempuan Hebat Ini

“Mereka sangat penting sebagai katup pengaman perekonomian keluarga,” tegas Nani kepada KompasTV, Sabtu (19/12/2020).

Lebih jauh Nani menyampaikan, sedikit terlambat mengatakan perempuan adalah penyelamat ekonomi keluarga. Sejak awal, perempuan dapat menjadi penggerak setara. Namun, ruang-ruang ekonomi bagi perempuan masih sangat dibatasi.

Perempuan lebih sering mengisi sektor informal seperti usaha-usaha kecil. Disebut sebagai agen yang potensial, namun diperlakukan seperti tidak memiliki nilai jual. Di tengah upaya mengerakkan roda perekonomian, perempuan kerap terbentur akses modal. 

“Mereka secara natural dan tuntutan ketika sudah menjadi kepala keluarga sudah berusaha. Ketika menjadi penopang utama keluarga, mereka sudah berusaha apa pun untuk kegiatan ekonominya. Tetapi untuk kemudian berkembang lebih luas adalah persoalan modal,” lanjut Nani.

Dalam konteks moral, perempuan single parent atau orangtua tunggal yang bertindak sebagai pencari nafkah utama sulit dianggap bermartabat. Kepala keluarga perempuan dilihat tidak ideal. Keberadaannya sering tidak diakui sehingga tersingkir dari akses teknologi, ekonomi, sosial, dan sebagainya. 

Dukungan yang dibutuhkan perempuan, tambah Nani, dapat dilakukan baik dalam bentuk permodalan maupun moral. Namun jika tidak bisa mendapat dukungan dari pihak luar, Nani yakin perempuan memiliki kekuatan yang cukup untuk mendukung dirinya sendiri.

Melalui gerakan dan komunitas juga, perempuan dengan masalah yang sama bisa berswadaya serta memberi dukungan bagi satu sama lain.

Pentingnya daya dukung perempuan

Bagi Founder Oerip Indonesia Dian Erra Kumalasari, dukungan kepada perempuan bisa diberikan dengan cara apa pun, termasuk pemanfaatan media sosial.

Bagi generasi muda yang tinggal di kota-kota besar, pemasaran dengan media digital bukan hal yang sulit dilakukan. Namun, kondisi berbeda didapati Dian saat berkunjung ke desa-desa di sejumlah wilayah Indonesia

Dengan akses teknologi dan edukasi digital masih sangat minim, banyak perempuan yang tidak bisa memasarkan usaha rumahan mereka. Terutama, saat pandemi Covid-19 membatasi ruang gerak publik dan menutup semua pasar.

Di sini lah Dian memberi dukungan sebagai sesama perempuan. Melalui fitur live Instagram Oerip Indonesia, Dian berhasil memasarkan kain tenun dari Alor, Sumbawa, dan desa-desa lainnya hingga menembus 100 juta penonton. 

“Sekarang dimudahkan dengan media digital. Namun sulitnya selain susah sinyal, edukasi bagaimana berjualan di media online juga belum didapatkan. Maka, dibutuhkan peran dari orang-orang seperti kita,” ujar Dian.

Baca Juga: Beban Ganda Tenaga Medis Perempuan di Tengah Pandemi

Sementara Nani, bekerja sama dengan PEKKA di 20 wilayah, telah membentuk koperasi simpan pinjam yang mewadahi kegiatan ekonomi perempuan kepala keluarga.

Tujuan dari didirikannya koperasi simpan pinjam adalah menjadikan perempuan kepala keluarga beralih dari perilaku konsumerisme menjadi produsen. Koperasi simpan pinjam juga menciptakan pasar dari dalam ke luar yang bisa berdampak pada perputaran ekonomi anggota PEKKA.

“Kami percaya di PEKKA, pengalaman perempuan adalah sumber pengetahuan yang tak tertandingi. Melalui pengalaman-pengalaman ini lah gerak geliat ekonomi terus dijalankan,” tegas Nani.

Nurdini Prihastiti dan Ristin Jatnika merupakan beberapa contoh perempuan yang memperoleh dukungan dari orang terdekat dalam membangun usaha mereka.

Di tengah urusan domestik rumah tangga dan tanggung jawab sebagai orangtua, keduanya berhasil membangun bisnis yang bermanfaat tidak hanya untuk keluarganya, tetapi juga orang lain.

Dukungan kepada perempuan juga diberikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA). Melalui program pelatihan terhadap perempuan-perempuan pelaku usaha, PPPA juga memastikan mereka tidak kesulitan mendapat akses modal sehingga perempuan dapat berdaya dan memberdayakan keluarganya.

Penulis : Elva-Rini

Sumber : Kompas TV


TERBARU