BALI, KOMPAS.TV - Melalui kegiatan CSR Bakti BCA, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) melakukan green action penanaman 38.500 pohon di enam desa di kawasan Denbukit, Buleleng, Bali. Kegiatan tersebut merupakan salah satu perwujudan komitmen BCA untuk senantiasa aktif dalam usaha pelestarian lingkungan.
Aksi penanaman pohon tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan edukasi finansial BCA Talk yang bertajuk "Investing with Impact: Empowering Youth for Green Indonesia" yang diikuti oleh mahasiswa Universitas Udayana Bali, nasabah, dan anggota BCA Young Community (BYC), pada Kamis (23/11) di Bedugul, Bali.
Hadir dalam seremoni penanaman pohon dan talkshow BCA Talk, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bali I Gusti Ketut Wiguna, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn, EVP Wealth Management BCA Ugahary Yovvy Chandra, dan segenap pejabat.
Secara konsisten, Bakti BCA telah melakukan kegiatan penanaman pohon sejak 2009. Tercatat, dalam periode 2009 hingga 2023, perseroan telah menanam sekitar 78.000 pohon di berbagai wilayah Indonesia.
Sepanjang November 2023, berkolaborasi dengan sejumlah mitra, Bakti BCA menanam 38.500 bibit tanaman Multi-Purpose Tree Species (MPTS) yang sesuai dengan kondisi alam di kawasan hutan perdesaan Denbukit, di antaranya bibit pohon durian, alpukat, kopi, salam, cempaka hingga flora khas provinsi Bali majegau.
Selain dampak ekologis, jenis-jenis pohon yang ditanam BCA kali ini, diharapkan turut memberikan manfaat ekonomi, bagi masyarakat sekitar lokasi penanaman pohon.
"Kami senantiasa menciptakan berbagai upaya dan aksi nyata untuk melestarikan lingkungan hidup. Tak sekadar menanam, kami juga memastikan agar pohon yang ditanam sesuai dengan karakteristik wilayah. Selain dampak ekologis, jenis pohon yang ditanam diharapkan turut memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat di sekitar lokasi penanaman pohon," kata Hera.
Tren Investor Muda Pilih Investasi Hijau
Mengatur perencanaan finansial menjadi faktor penting dalam melindungi masa depan. Berinvestasi menjadi salah satu opsi strategis untuk dilakukan, terutama jika dimulai sejak muda.
Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga Agustus 2023, terdapat 11,5 juta investor individual di pasar modal. Lebih dari separuhnya, atau 57 persen, berusia di bawah 30 tahun.
Menurut laporan tersebut, investor dari kelompok milenial dan gen Z diprediksi akan terus mendominasi, sejalan dengan kesadaran akan perencanaan keuangan.
Sementara itu, meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan di kalangan generasi muda membuat anak muda cenderung mencari investasi yang mendukung proyek hijau yang berkelanjutan.
Awal November 2023, perintah merilis Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel Green Sukuk yang menjadi edisi Sukuk Tabungan seri 011 (ST011).
Green Sukuk merupakan instrumen pendanaan untuk mendukung proyek-proyek hijau yang berkontribusi pada program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta Sustainable Development Goals (SDGs).
Sebagai bagian dari perbankan nasional, BCA menjadi salah satu mitra distribusi. Seperti diketahui, Indonesia menjadi benchmark bagi negara lain yang ingin menerbitkan green sukuk. Hal ini karena, Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang menerbitkan green sukuk.
Sejak pertama kali diterbitkan hingga Senin (21/11), jumlah pemesanan ST011 di BCA telah mencapai Rp3 triliun dengan komposisi lebih dari 69 persen pemesanan pada tenor 2 tahun.
Hal ini sejalan dengan penerbitan SBSN sebelumnya, yakni tenor pendek cenderung lebih diminati oleh investor. Pemesanan ST011 dapat dilakukan dengan mudah melalui fitur Welma di aplikasi myBCA dan website KlikBCA Individu. Selain transaksi investasi, masyarakat juga dapat melakukan transaksi perbankan di dalam aplikasi myBCA.
"Kehadiran BCA sebagai mitra distribusi ST011 merupakan bagian dari upaya perusahaan dalam mendukung pembangunan nasional. Hal tersebut sejalan dengan komitmen BCA mengedepankan nilai-nilai environment, social, and governance (ESG)," pungkas Yovvy.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.