Perjuangan Siswa di Kulonprogo Berangkat Sekolah Jalan Kaki Sejauh 3 Km
Vod | 21 Juni 2023, 10:39 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Seorang pelajar SD di Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta setiap hari berjalan kaki sejauh 3 kilometer dari rumahnya di Hutan Pegunungan Menoreh menuju sekolah.
Bocah ini memelihara semangat belajar demi menggapai cita-citanya menjadi seorang guru lukis.
Dewi Septiani atau Septi siswi kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Kutogiri, di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo, Yogyakarta.
Setiap pagi tubuh kecil bersemangat besar ini berjalan kaki dari rumahnya di tengah Hutan Pegunungan Menoreh menuju sekolah.
Jalan berbukit selebar satu meter disusuri septi dengan langkah mantap. Pepohonan dan bebatuan merekam keriangan yang dibawa bocah ini ke tempatnya menuntut ilmu.
Agar bisa tiba di sekolah sebelum bel berbunyi, Septi harus bangun sebelum matahari terbit. Dari rumah, ia berjalan kaki sejauh satu setengah kilometer lalu melanjutkan perjalanan menggunakan sepeda motor sejauh 5 kilometer.
Perjalanan yang penuh tantangan demi bisa ke sekolah tidak menyurutkan semangat belajar Dewi bersama para guru dan teman-teman yang menyenangkan demi ingin meraih cita-citanya menjadi seorang guru lukis.
Sepulang sekolah, Septi harus kembali berjalan kaki satu setengah kilometer. Terkadang, jika sedang libur bekerja kakak menemani Dewi.
Dusun Watu Belah, Desa Sidomulyo yang ditinggali Dewi dan keluarganya disebut juga kampung mati. Akses yang sulit membuat dusun ini ditinggalkan hampir seluruh penduduknya. Sampai 4 tahun lalu, masih ada 7 keluarga. Kini keluarga Septi menjadi satu-satunya penghuni dusun.
Banyak yang menyebut keluarga ini terisolasi, tetapi septi tetap mewarnai masa kecilnya. Dewi memelihara anjing dan kucing. Memberi makan ayam dan kambing juga menjadi kesenangan baginya.
Septi bocah yang cerdas dan mandiri. Ia membantu mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Septi juga rutin berlatih menggambar.
Ayah Septi, Sumiran bekerja sebagai tukang kayu membuat mebel pesanan.
Selama 25 tahun, keluarga ini berjuang mengadang keterbatasan akses keluar-masuk dusun. Di antara segala upaya, mereka tetap menaruh harapan pemerintah membuatkan akses yang memadai agar bisa berinteraksi dengan warga lain yang tinggal sekitar 2 kilometer dari rumah mereka.
Baca Juga: Tumbuhkan Minat Baca Anak Papua Lewat Rumah Belajar dan Taman Bermain Desa Waa Banti
Penulis : Sadryna Evanalia Editor : Dian-Septina
Sumber : Kompas TV