Pesisir Kota Semarang Terancam Tenggelam, Air Laut Membuat Akses Jalan 1.700 Jiwa Terputus!
Vod | 16 November 2022, 12:19 WIBSEMARANG, KOMPAS.TV - Penurunan muka tanah di Pesisir Pulau Jawa telah menenggelamkan sebagian pesisir Pulau Jawa.
Kini Pesisir Semarang yang tingkat penurnan muka tanahnya lebih kecil diantara Pesisir Jawa lainnya, warga mulai merasakan generasi penerusnya tidak dapat lagi melihat hamparan pasir di Tambaklorok.
Segala upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang dari meninggikan tanah hingga relokasi, namun ada harap dari warga mereka akan tetap tinggal dan mencari nafkah di Tambaklorok.
Di Pesisir Utara Semarang, Jawa Tengah permukiman warga padat penduduk yang tak lagi daratan dan tambak-tambak mulai tergenang air laut.
Kondisi ini tak lagi sama dengan 12 tahun silam.
Kini air laut tak kunjung surut dari sebagian rumah warga, bahkan mereka harus meninggalkan rumah tempat berlindung karena ganasnya gelombang laut yang menghantam rumah mereka bertahun-tahun.
Berdasarkan penelusuran Tim Kompastv di lapangan, air laut yang menggenang Tambakrejo membuat akses jalan 1.700 jiwa terputus.
Tak ada pilihan lain selain bertahan.
Ironisnya, Tempat Pemakaman Umum yang menjadi tempat peristirahatan bagi warga dari 3 kecamatan sudah tenggelam.
Warga siap membantu pembangunan tanggul yang mereka anggap sebagai solusi karena tak ingin direlokasi dari wilayah yang telah terdampak.
Namun dilain sisi Peneliti ITB menilai pembangunan tanggul adalah solusi sementara dan tetap diperlukan relokasi warga.
Sementara itu, Pemerintah Kota Semarang tetap mengupayakan pembangunan tanggul.
Pihak balai besar wilayah sungai atau BBWS Pemali Juana memastikan pembangunan akan bisa dimulai pada November 2022 dan selesai pada Maret 2024.
Selain itu untuk mitigasi bencana di luar prediksi, pihak BBWS menyiapkan 3 pompa.
Namun pihak BPDB menilai pembangunan tanggul merupakan solusi yang tepat untuk saat ini, dan pihaknya pun telah menyiapkan katana agar penduduk setempat dapat beradaptasi dengan tempat tinggal mereka.
Penulis : Shinta-Milenia
Sumber : Kompas TV