Mengenang Buya Syafii Maarif, Rikard Bagun : Beliau Selalu Risaukan Soal Keadilan Sosial & Korupsi
Vod | 28 Mei 2022, 13:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ahmad Syafii Maarif lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada tahun 1935.
Syafii kecil besar di lingkungan Muhammadiyah.
Beranjak remaja ia kemudian merantau ke Jawa untuk melanjutkan pendidikan di Madrasah Mualimin Yogyakarta.
Atas permintaan konsul Muhamadiyah Sayafii sempat menjadi guru di sebuah kampung di Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebelum melanjutkan pendidikan di Universitas Cokroaminoto dan Fakultas Keguruan Ilmu Sosial IKIP UNY.
Perjalanan keilmuan Buya Sayafii kemudian membawanya menempuh pendidikan hingga ke Benua Amerika.
Ia meraih gelar master di bidang sejarah dari Universitas Ohio serta gelar doktor Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur dekat dari Universitas Chicago Amerika Serikat.
Buya Syafii Maarif menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama tujuh tahun dari 1998-2005.
Baca Juga: Sebelum Meninggal, Buya Syafii Maarif Ternyata Pernah Minta Disiapkan Areal Makam ke Dua Tokoh Ini
Buya Syafii Maarif juga pernah menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion For Peace,WCRP.
Selepas menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, ia aktif dalam komunitas maarif institute dan menjadi tokoh bangsa yang sering menyampaikan kritik secara objektif dan lugas baik melalui tulisan-tulisannya di berbagai media.
Buya Syafii, meninggalkan begitu banyak warisan etik dalam perjuangan melawan korupsi serta ketidakadilan di masyarakat.
Ia aktif membela komisi anti rasuah KPK dari segala intervesi dan pelemahan yang terjadi di lembaga itu.
Di luar soal KPK, Syafii juga jadi panduan untuk masalah moral dan etika di masyarakat.
Buya juga kerap menyuarkan tentang pluralisme dan toleransi antar umat beragama.
Atas perannya tahun 2018, Buya Syafii ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, atau BPIP.
Penulis : Aisha-Amalia-Putri
Sumber : Kompas TV