Indonesia Belum Cukup Menyuplai Tenaga Ahli Digital, Jangan Sampai Terjadi "Talent Crunch"!
Vod | 15 April 2022, 13:31 WIBKOMPAS.TV - Krisis tenaga kerja digital alias "talent crunch" sudah terjadi di Indonesia.
Kekurangan talenta digital alias "talent crunch" tak harus menunggu sampai tahun 2030, seperti banyak prediksi lembaga survei.
"Skill Gap" atau perbedaan standard kualitas sumber daya manusia bidang digital, bahkan sudah jadi makanan sehari-hari korporasi sektor teknologi.
Unicorn seperti Gojek Tokopedia atau GoTo, kepada Kompas Tv blak-blakan bahwa "talent crunch" sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir setelah mereka lahir dan makin besar di Indonesia.
Indonesia belum cukup menyuplai tenaga ahli digital.
Riset Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Wantiknas menunjukkan bahwa tahun 2030 Indonesia akan kekurangan 18 juta orang tenaga digital.
Baca Juga: Gratis untuk Umum, Inilah Perpustakaan Digital di Mapolda Sumsel!
Di saat bersamaan, India yang terkenal sebagai "pabrik" insinyur mumpuni di dunia justru mencetak 245,3 juta orang talenta digital.
Di Indonesia juga belum ada kolaborasi antara lembaga pendidikan dan industri yang berhasil melahirkan ide cemerlah korporasi.
Masalah "digital leadership" pun luput dibentuk saat teknologi serba ngegas.
Sebenarnya industri seperti perbankan sudah bersedia berkolaborasi dengan sektor pendidikan untuk mengatasi "talent crunch", tetapi mereka juga butuh dukungan dari pemerintah agar hasilnya punya kualitas.
Talent crunch tak boleh diabaikan jika Indonesia tak ingin tergilas oleh SDM asing.
Celakanya, saat ini relevansi apa yang dipelajari di akademis dengan kebutuhan lapangan pekerjaan masih sangat rendah.
Kolaborasi antara kurikulum yang makin melek digital dengan sektor industri sangat perlu dukungan pemerintah.
Penulis : Shinta-Milenia
Sumber : Kompas TV