Kopi Arabica Robusta Gayo dan Pacuan Kuda Khas Takengon
Jelajah indonesia | 9 Juli 2020, 00:03 WIBSalam jelajah,
Ada sensasi tersendiri kala berjalan di pagi hari. seperti di Takengon. Tak hanya sejuk, di kota ini semuanya terlihat lebih segar. Ibukota Kabupaten Aceh Tengah di Provinsi Aceh ini terkenal dengan komoditas pertanian yaitu buah dan sayuran.
Hari masih di pasar yang diresmikan 2014 lalu ini sudah ramai. Karena terletak di dataran tinggi Gayo jadi Takengon ini berhawa sejuk dan memang kalau malam akan lebih cepat sepinya dan kalau pagi lebih cepat ramainya. Jadi jam 7-8 pagi sudah mulai ramai pedagang-pedagang yang membuka tokonya, dan pembeli pun sudah ramai datang.
Ada ritual penting yang biasa dilakukan warga di setiap pagi sekaligus jadi identifikasi dengan komoditas Kota Takeongon. Ya, menyeruput kopi hitam tidak pakai gula jangan pakai susu.
Kopi Gayo menjadi sangat nikmat karena tidak bercampur dengan gula atau susu, sehingga terkenal nilai dan harganya di pasar dunia. Warung kopi di Takengon biasanya juga menyediakan sarapan pagi. Di warung kopi, obrolan warga sangat beragam, dari hal-hal sederhana hingga politik.
Kebetulan Takengon merayakan ulang tahun ke-438 dan seperti yang sudah-sudah, acara akan diramaikan dengan penyelanggaraan pacuan kuda. Kali ini ada 352 kuda dari 3 kabupaten yang mengikuti lomba pacuan kuda, yaitu: Gayo Lues, Bener Meriah, dan Aceh Tengah.
Beberapa kuda bahkan khusus didatangkan oleh persatuan olahraga berkuda seluruh Indonesia (Pordasi). Lapangan Blang Bebangka Kecamatan pegasing, tempat biasanya pacuan kuda dihelat, telah dipenuhi para joki cilik yang berlomba mengadu kebolehan memacu kuda. Sudah barang tentu menjadi joki tidak instant. Sedari kecil para joki ini telah dilatih dan dibentuk untuk bernyali besat dan keahlian.
Para joki cilik kadang harus berhadapan dengan kuda-kuda yang sulit dijinakkan. Untuk membawa mereka ke tempat Start aja butuh lebih dari 4 orang bisa lihat mereka bermimpi bisa memegang kendali.
Penulis : Herwanto
Sumber : Kompas TV