Kain Tenun Bugis Dari Sutra Terbaik
Jelajah indonesia | 20 Maret 2020, 19:06 WIBWAJO, KOMPAS TV -
Puas menjelajah dan bertemu warga di Danau Tempe, Dayu Hatmanti melanjutkan penjelajahannya ke kota Wajo. Kali ini daya tarik kain tenun khas Sulawesi Selatan yang jadi magnet Dayu untuk menelusuri bagaimana proses terciptanya kain tenun nan indah yang jadi warisan budaya suku Bugis ini, dari hulu hingga hilir.
Ya, selain alamnya yang memukau, daerah Sulawesi juga memiliki kekayaan warisan peninggalan leluhur yang sangat mengagumkan, salah satunya adalah seni budaya kain tenun atau songket. Tenun adalah teknik dalam pembuatan kain dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Kain tenun Sulawesi kini sangat diminati para perancang mode untuk dijadikan paduan batik tenun ekslusif yang berdaya jual tinggi. Berikut ini beberapa kain tenun dari Pulau Nyiur Melambai yang memiliki estetika tinggi.
Tenun beragam, di antaranya ada tenun Toraja dan Sengkang. Tenun Toraja menjadi perlambang status sosial yang dibuat dengan teknik ikat dan megah. Tenun kerap dipakai untuk upacara sakral dan kematian dengan motif bercorak tongkangan. Sementara tenun Sengkang, ada juga yang menyebutnya tenun Bugis atau Makassar, bermotif unik dan warna-warna yang cerah.
Kain sutra umumnya dijadikan sarung atau warga setempat menyebutnya sebagai lipa sabbe. Kain tenun sutra itu memiliki beragam corak. Ada corak Labba, Subbi, dan Garusuk. Masing-masing corak memiliki makna yang pada masa kini sudah banyak terlupa.
Ulat Sutra Dari Soppeng
Tak lengkap bila penelusuran tenun sutra ini tidak sampai ke sumber bahannya. Sutra. Berasal dari kepompong ulat sutra. Dayu menelusuri peternakan ulat sutra hingga ke Soppeng.
Pemerintah daerah Soppeng mengembalikkan geliat ekonomi warga yang sebelumnya menjadi primadona warga, dengan memberi stimulus berupa bibit pohon murbei dan telur ulat sutra. Daun murbei yang jadi makan utama ulat sutra menjadi unsur utama dalam menghasilkan sutra yang berkualitas tinggi.
Tonton yuk videonya.
Penulis : Herwanto
Sumber : Kompas TV