Tradisi Gebyuran Bustaman, Perang Air Jelang Ramadan
Jawa tengah dan diy | 5 Maret 2024, 12:43 WIBSEMARANG, KOMPAS.TV - Beragam tradisi unik dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadan, salah satunya di Kampung Bustaman, Kota Semarang. Warga saling melempar dan menyiram air, namun tidak boleh ada yang marah jika terkena. Tradisi ini dikenal sebagai Gebyuran Bustaman.
Yang unik dari tradisi ini adalah sebelum memulai acara perang air, wajah seluruh peserta wajib dicoret menggunakan campuran pewarna warna-warni. Hal ini memiliki filosofi yang bersangkutan dengan tradisi Gebyuran Bustaman. Mencoret wajah dengan pewarna disimbolkan sebagai pemunculan dosa yang kemudian dibersihkan dengan menggebyurkan air ke tubuh.
“Acara diawali dengan para tamu dan masyarakat dicoreng-coreng wajahnya. Coreng-moreng ini merupakan simbol dari dosa dan kesalahan manusia. Lalu, acara dilanjutkan dengan gebyuran, yang berarti membersihkan dosa-dosa,” ujar Hari Bustaman, tokoh masyarakat Kampung Bustaman.
Tak hanya diikuti oleh warga Bustaman, tradisi Gebyuran Bustaman ternyata juga menarik perhatian warga dari luar Kota Semarang.
“Beberapa tahun ke belakang, saya terlibat di acara ini sebagai penonton sekaligus peserta. Menyenangkan sekali memang acaranya. Bukan hanya sebuah selebrasi atau permainan air, tetapi juga warga saling gotong-royong menyiapkan acara, beras-beres, juga ikut pentas. Jadi, sebuah tradisi yang menarik untuk diikuti,” ungkap Cipta Purnama, peserta gebyuran.
Setelah kegiatan perang air, serangkaian acara Gebyuran Bustaman ditutup dengan gotong royong membersihkan Kampung Bustaman serta makan bersama. Selain tradisi turun temurun yang bersejarah, Gebyuran Bustaman juga menjadi ajang mempererat hubungan warga.
#tradisiunik #gebyuranbustaman #semarang
Penulis : KompasTV-Jateng
Sumber : Kompas TV