> >

50% Lahan Perkebunan Mati, Hasil Panen Menurun, Petani Jeruk Batola Merugi

Berita daerah | 21 Desember 2022, 06:01 WIB

BARITO KUALA, KOMPAS.TV - Sektor pertanian dan perkebunan menjadi penghasilan utama warga di Kabupaten Barito Kuala, utamanya budidaya jeruk peras di Desa Sungai Gampa, Kecamatan Rantau Badauh.

Namun demikian kondisi pasca banjir 2021 lalu mengakibat 50 persen lahan perkebunan jeruk mati.

Baca Juga: Pelaku Utama Pembunuhan Polisi di Kalteng Ditembak Mati

Satu diantaranya perkebunan milik Udin yang mengaku mengalami turunnya hasil panen.

Kondisi ini pun terus terjadi akibat curah hujan hingga pasangnya air yang tidak menentu.

Padahal dalam sebulan, Udin mengaku mampu menghasilkan 1.200 kilogram jeruk peras per bulannya untuk didistribusikan ke Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura.

Namun menurunnya hasil panen yang hanya mencapai 600 kilogram membuatnya merugi dan harus menutupi kebutuhan langganannya dengan membeli hasil petani jeruk lainnya.

Sembari menanam kembali pohon jeruk dengan waktu tiga tahun untuk berbuah.

"Sekarang kondisi jeruk hampir langka diakibatkan air pasang yang terlalu dalam, dan banjir 2021 kemarin sangat berdampak berat," keluh Udin. 

Baca Juga: Suka Pedas? Rumah Makan di Banjarmasin ini Tawarkan Sensasi Nikmat Sambal Dibakar di Atas Cobek

Kabupaten Barito Kuala menjadi lumbung produksi buah jeruk yang menyuplai kebutuhan warga di sejumlah wilayah Kalimantan Selatan.

Petani jeruk peras mengaku menurunnya hasil panen membuat pelaku usaha lainnya menutup jalur pendistribusian sebanyak 500 ton per bulannya untuk ke Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah hingga Jawa Timur, lantaran berfokus memenuhi kebutuhan lokal dengan harga jual 6 ribu rupiah per kilogramnya.

Penulis : KompasTV-Banjarmasin

Sumber : Kompas TV


TERBARU