Cegah Wabah PMK, Balai Karantina Pertanian Banjarmasin Setop Sementara Suplai Sapi dari Jawa Timur
Berita daerah | 17 Mei 2022, 08:42 WIBBANJARMASIN, KOMPAS.TV - Pemeriksaan sapi potong yang tiba di Rumah Potong Hewan (RPH) Basirih Banjarmasin dilakukan Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin dan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Banjarmasin senin pagi (16/5/2022).
Petugas memeriksa area mulut dan kaki dari puluhan ekor sapi yang baru tiba dari Kupang-NTT.
Baca Juga: Didukung UNICEF, Bulan Imunisasi Anak Nasional di Banjarmasin Dimulai dari Posyandu dan Puskesmas
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah penularan wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK pada sapi yang belakangan terjadi di sejumlah kabupaten di Jawa Timur.
Petugas memastikan tidak ada lepuh di bagian mulut dan kaki serta kekentalan air liur sapi yang menjadi indikator wabah sapi tersebut.
Meski dipastikan belum ditemukan kasus, pihak balai dan dinas menyatakan pemeriksaan akan dilakukan lebih gencar, tidak hanya sapi pasokan dari luar pulau namun juga dalam pulau.
"Intensitas untuk pemeriksaan kita tingkatkan mengingat pasokan terbatas, kita pantau pengiriman ternak dari lokal karena ada beberapa jalur yang mungkin bisa dilalui para pelaku usaha," terang Medik Veterineer DKP3 Banjarmasin, drh. Annang Dwijatmiko.
Selain itu, Kepala Seksi Karantina Hewan Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Banjarmasin, drh. Isrokal, juga menyatakan saat ini pihak balai menghentikan sementara pasokan sapi dari Jawa Timur dengan tidak mengeluarkan surat pelepasan.
Hal ini mengingat Banjarmasin merupakan wilayah perlintasan hewan ternak yang masuk dari pulau Jawa.
"Karena kita berbatasan, kami karantina Banjarmasin juga tidak menerbitkan sertifikat pelepasan untuk hewan ternak dan produk dari Jawa Timur, " ucap drh. Isrokal kepada Kompas.tv.
Baca Juga: UNICEF Dukung Banjarmasin Sukseskan BIAN 2022, Bantu Pendanaan Hingga Bimbingan Teknis
Penyakit mulut dan kuku sapi atau dikenal wabah sapi diketahui disebabkan oleh virus jenis apthovirus.
Meski dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian pada sapi muda jika sampai lemas serta kerugian finansial, namun DKP3 Banjarmasin menyebut penyakit belum terdeteksi zoonosis atau terjadi penularan dari hewan ke manusia.
Penulis : KompasTV-Banjarmasin
Sumber : Kompas TV