Pedagang Mainan Gerabah Bertahan di Tengah Pandemi
Berita daerah | 28 Maret 2022, 11:43 WIBSEMARANG, KOMPAS.TV - Menjual aneka mainan gerabah atau mainan yang terbuat dari tanah liat sudah dilakoni oleh para pedagang puluhan tahun setiap kali menjelang bulan Ramadhan. Sebelum pandemi, banyak pedagang yang menawarkan aneka mainan gerabah mulai dari Jalan Pemuda hingga Jalan KH Agus Salim, kawasan Masjid Agung Kauman dan dekat area relokasi Pasar Johar Jalan Soekarno Hatta Kota Semarang.
Namun, sejak pandemi, jumlah pedagang yang menawarkan mainan gerabah berkurang karena sepi pembeli sehingga omzetnya turun drastis. Hanya beberapa pedagang yang bertahan berjualan.
Seperti di kawasan relokasi Pasar Johar Jalan Soekarno Hatta, pedagang mainan gerabah mengaku, menjelang bulan Ramadhan biasanya banyak pembeli yang memburu aneka mainan gerabah seperti piring, cangkir, teko, sendok atau pun celengan. Namun sejak tradisi Dugderan di Kota Semarang yang digelar secara sederhana karena pandemi, omzetnya turun drastis dari semula Rp 1 juta sehari, saat ini hanya Rp 100.000. Bahkan terkadang dagangannya tidak laku terjual, dan tertumpuk di depan lapak.
"Penjualan sepi, turun dratis, sejak korona sudah tiga tahunan ini," ujar Suwartini, pedagang mainan gerabah.
"Sekarang tidak ada yang cari, cuma sedikit, enggak banyak seperti dulu. Kalo dulu mau lebaran gini sudah habis banyak saya, kalo sekarang lakunya susah," kata Waginem, pedagang mainan gerabah.
Bagi warga Kota Semarang, mainan gerabah identik dengan gelaran tradisi Dugderan. Meskipun mainan gerabah dijual murah per biji Rp 20.000, namun sejak pandemi mainan yang tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran ini setiap harinya belum tentu bisa terjual.
#semarang #mainangerabah #dugderan
Penulis : KompasTV-Jateng
Sumber : Kompas TV