Dokter Korban Kekerasan Teroris di Papua Bantah Jadi Mata-Mata Aparat
Berita daerah | 20 September 2021, 15:26 WIBPAPUA, KOMPAS.TV - Dokter Restu yang menjadi korban kekerasan kelompok teroris di Papua membantah memiliki senjata api. Ia menegaskan bahwa dirinya hanya seorang tenaga medis yang bertugas untuk melayani masyarakat dan bukan mata-mata aparat.
Kelompok teroris di Papua mengungkapkan alasan penyerangan terhadap Puskesmas Kiwirok. Mereka menyebut bahwa penyerangan dilakukan karena dokter di Puskesmas Kiwirok adalah seorang mata-mata aparat TNI-Polri.
Kelompok teroris menyebut bahwa sang dokter sering membawa senjata api saat melaksanakan tugas di Puskesmas Kiwirok.
Baca Juga: TNI-Polri Kembali Baku Tembak dengan KKB Pimpinan Lamek Taplo di Kiwirok Papua
Tudingan ini lantas dibantah oleh Dokter Restu yang menjadi korban penganiyaan dari kelompok teroris di Papua.
Dokter Restu mengatakan bahwa dia adalah warga sipil yang bertugas sebagai dokter dan melayani masyarakat. Ia mengaku tak pernah terlibat dengan aparat TNI-Polri.
Dokter Restu adalah salah satu tenaga medis yang dianiaya oleh kelompok teroris di Papua pada Senin (13/9/2021) lalu. Saat itu dia berusaha lari menyelamatkan diri namun ditangkap dan dianiaya yang menyebabkan tangannya patah.
Hingga berita ini ditulis, Dokter Restu sudah dioperasi dan dalam pemulihan di RS Marthen Indey Jayapura.
Video Editor: Febi Ramdani
Penulis : edika-ipelona
Sumber : Kompas TV