Batik Ciprat Jadi Asa Para Tuna Grahita Di Masa Pandemi
Berita daerah | 3 Oktober 2020, 17:01 WIBPonorogo, KompasTV Jawa Timur - Masih dalam suasana Hari Batik Nasional, para penyandang tuna grahita di Ponorogo, Jawa Timur banjir pesanan. Di tengah keterbatasan mereka, nyatanya mampu memproduksi puluhan lembar kain batik ciprat nan indah.
Tak ayal, produksi batik ciprat ini mampu menopang ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Salah satu unit usaha khusus untuk para penyandang tuna grahita di desa Karang Patihan kecamatan Balong, Ponorogo ini adalah sentra pembuatan Batik Ciprat.
Dari total 98 penyandang disabilitas ganda yg ada di desa ini, sebagian diantaranya membuat batik ciprat, di "Rumah Harapan" yg dikelola warga desa.
Sejak 2018 lalu, batik ciprat karya Mbok Ini, Tumini dan kawan-kawannya terus mengalami peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Bahkan, pesanan berdatangan dari sejumlah kota di tanah air, baik pesanan pribadi hingga komunitas bahkan instansi.
" Banyaknya warga binaan salah satunya adalah warga disabilitas intelektual atau orang menyebutnya tuna grahita...nah warga tuna grahita ini kita berdayakan dalam berbagai program kegiatan ekonomi salah satunya kita memproduksi batik ciprat. Kenapa dinamakan batik ciprat karena ini konsepnya menciprat-ciprat...jadi batik ini dibuat dengan cara menciprat. Kenapa menciprat karena yang kami berdayakan adalah warga disabilitas dan kemampuan berfikirnya kan beda...kalau mereka bikin tulis atau nyanting kan beda...maka hal yang paling mudah adalah dengan nyiprat..." kata Eko Mulyadi selaku pembina dan Kepala Desa Karang Patihan.
Dari lembaran kain putih polos, mereka menyipratkan campuran malam untuk motif. Lalu dikombinasi dengan warna dominan sesuai pesanan. Setelah itu kain yg telah bermotif dan diwarna lalu dijemur hingga kering.
Proses terakhir kemudian batik direndam air mendidih dan dibilas lalu di jemur dan batik pun jadi.
Pihak desa sengaja memilih batik ciprat karena selain menghasilkan beragam motif dan corak nan indah. Batik ciprat juga mudah diajarkan kepada para penyandang tuna grahita dimana komunikasi hanya melalui isyarat.
Untuk harga perlembar ukuran 2,15 x 1,15 meter dibandrol dg harga 150 hingga 200 ribu rupiah. Dalam sehari mereka mampu membuat 8 hingga 10 lembar batik dengan motif berbeda-beda.
Di suasana Hari Batik Nasional ini, mereka pun banjir pesanan dari berbagai kota. "Rumah Harapan" khusus bagi penyandang disabilitas yg dikelola desa ini pun masih bergeliat di kala pandemi.
#Ponorogo #Jatim #Batik #Tunagrahita #Ciprat #Pandemi #Covid19
MEDIA SOSIAL KOMPAS TV JAWA TIMUR :
facebook : https://www.facebook.com/kompastvjatim
instagram : https://www.instagram.com/kompastvjatim
twitter : https://twitter.com/kompastvjatim
Penulis : KompasTV-Surabaya
Sumber : Kompas TV