Keresahan Penderita Vitiligo Menanggung Beban Berat: Aib dan Diskriminasi
Edukasi | 7 Desember 2024, 07:43 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Vitiligo belum menjadi sorotan utama bagi sebagian kalangan di Indonesia.
Sebagian orang tidak menyadari adanya perubahan zat warna atau pigmen kulit pada tubuh manusia, yang disebabkan oleh vitiligo, penyakit kulit yang mengakibatkan hilangnya produksi melanin pada lapisan kulit.
Vitiligo berasal dari kata vittelius, yang berarti anak sapi, dan merujuk pada kelainan yang menyebabkan bercak putih atau hitam pada kulit dengan batas tegas, mirip dengan bercak pada anak sapi.
Salma Kyana, seorang penderita vitiligo yang biasa disebut vitiligan, menjelaskan bahwa ia pertama kali mengalami kemunculan vitiligo saat menjadi mahasiswa kedokteran.
Minimnya informasi mengenai vitiligo membuat Salma dan keluarganya menganggap penyakit ini harus disembuhkan.
Sejumlah bercak vitiligo mulai muncul di kulit Salma, dan ia pun mencoba berbagai perawatan kulit. Namun, satu tahun kemudian bercak tersebut menjalar ke lehernya, yang membuatnya merasa risau.
Meski merasa minder, ia berupaya mengedukasi lingkungan sekitar agar tidak merasa khawatir terhadap vitiligo.
Salma menjelaskan bahwa vitiligo berdampak pada mental, dan tak jarang diskriminasi pun terjadi.
Sementara itu, dokter spesialis kulit dan kelamin RS Pondok Indah, Beny Nelson, menjelaskan bahwa kemungkinan seseorang terpapar vitiligo sangat kecil. Meski demikian, vitiligo tidak memandang usia atau jenis kelamin.
Vitiligan menanggung beban ganda, baik karena vitiligo yang dideritanya maupun stigma dari masyarakat.
Honey Virginia, Ketua Vitiligan Indonesia mengatakan tekanan dan depresi yang dialami oleh vitiligan, yang bahkan dapat menyebabkan kematian, tidak bisa dianggap remeh.
Beban ganda yang mereka tanggung juga belum mendapat perhatian dari pemerintah.
Menurut Honey, pengobatan vitiligo belum ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan.
Vitiligo adalah penyakit kulit yang tidak menular, tetapi penerimaannya sangatlah sulit.
#vitiligo #penyakit
Penulis : Shinta-Milenia
Sumber : Kompas TV