Tentang Soekarno Tak Pernah Usai - SINGKAP
Singkap | 21 Oktober 2019, 19:00 WIBSoekarno adalah arsitek bangsa. Lulus sebagai insinyur teknik sipil di Techinishe Hoogeschol atau Sekolah Teknik Tinggi yang kini bernama ITB (Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1926, Soekarno memiliki bekal dan bakat di bidang arsitek. Sejumlah bangunan monumental di tanah air karya seni Bung Karno tak lepas dari nilai budaya bangsa. Budaya nusantara yang beragam menjadi inspirasi bung karno dalam menciptakan suatu bangunan. Salah satu bangunan monumental yang kental akan budaya adalah Tugu Nasional. Tugu yang menjadi icon Jakarta ini, semula didesain oleh Frederich Silaban. Namun, dalam perkembangannya, Soekarno mendesain lingga dan yoni pada Tugu Nasional dan melibatkan arstiek Soedarsono untuk perampungan desain monas. Siapa sangka, bentuk api Tugu Nasional yang terbuat dari emas merupakan liukan keris yang menjadi salah satu ciri khas Nusantara. Terbukti, Bung Karno memberi sentuhan nusantara di setiap karya arsitektur tanah air.
Lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur, Soekarno memiliki nama asli Koesno Sosrodiharjo. Sejak kecil Soekarno dikenal cerdas dan berprestasi. Memasuki usia remaja, Soekarno mulai mengenal organisasi dan belajar berorganisasi melalui Serikat Islam yang didirikan oleh H.O.S Cokroaminoto. Pada Tahun 1918, Soekarno tergabung dalam organisasi pemuda bernama TRI KORO DARMO yang dikenal dengan nama JONG JAVA.Di rumah Cokroaminoto, Soekarno muda mulai belajar berpolitik dan berlatih pidato. Tak heran, Soekarno piawai berpidato dan mampu membangun semangat jiwa rakyat kala itu. Namun, dalam perjalanan politiknya tak selalu mulus. Meski menjadi tokoh yang disegani dan berpengaruh di tanah air, Soekarno sering kali mendapat percobaan pembunuhan. Mulai dari peristiwa pelemparan granat di sekolah putrinya di kawasan Cikini hingga tembakan dari atas pesawat yang membuat teras istana hancur. Bahkan saat melaksanakan ibadah sholat Idul Adha, Soekarno hendak dibunuh, namun lagi-lagi Soekarno lolos dari maut.
Pertengahan Desember 1967, Soekarno diperintahkan meninggalkan paviliun Istana Bogor dan tinggal di kediamannya, di Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat. Kondisi yang tak layak, membuat kesehatan Bung Karno menurun. Perlengkapan alat medis yang terbatas, menyebabkan sakit ginjal Soekarno semakin parah. Kondisi Soekarno pun semakin memburuk dan kesadaran berangsur menurun. Tepat 21 Juni 1970, Sang Proklamator tutup usia, duka menyelimuti tanah air. Soekarno dimakamkan di Kota Blitar, Jawa Timur di pemakaman umum, berdampingan dengan makam kedua orangtuanya. Rakyat pun menyambut kedatangan jenazah bapak bangsa. Jasadnya telah pergi, namun jasanya tetap hati.
#Soekarno #Singkap
Penulis : Yudho-Priambodo
Sumber : Kompas TV