> >

Waspada Self Radicalitation Di Era Digital, Anak Muda Diimbau Harus Bijak Bersosial Media

Sapa indonesia | 3 April 2021, 14:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - Generasi muda menjadi salah satu kelompok yang menjadi sasaran paham radikal, dan terekam jejaknya dalam sejumlah aksi teror kekerasan di tanah air.

Mengapa kalangan muda mudah  dan rawan terpapar radikalisme?

Dan mengapa pula mereka mudah tersulut untuk melakukan teror kekerasan?

Sudah bergabung secara daring, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Irfan Idris, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, dan ada Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto. 

Dalam survei yang disusun BNPT, Litbang Kementerian Agama dan sejumlah lembaga, potensi radikalismedi Indonesia menurun, dari 38,4 poin pada 2019, menjadi 14,0 poin atau 12,2 persen pada tahun 2020.

Berdasarkan survei, indeks potensi radikalisme juga tercatat 12,6 persen untuk mereka yang aktif mencari konten keagamaan di internet.

Angka ini lebih tinggi daripada mereka yang tidak aktif mencari konten keagamaan di internet, yang besarannya sebanyak 10,8 persen.

Indeks potensi radikalisme juga tercatat lebih tinggi pada mereka yang suka menyebar konten keagamaan, yakni sebanyak 13,3% persen.

Lebih tinggi dibanding mereka yang tidak menyebar konten keagamaan, sebesar 11,2 persen.

Potensi radikalisme dan keterlibatan kalangan muda dalam teror kekerasan, mengundang keprihatinan.

Penegakan hukum semata, tak akan cukup menanggulangi bahaya terorisme.

Penanggulangan juga harus mengatasi upaya deradikalisasi paham ekstrem dan lebih mengenalkan toleransi dan keberagaman.

Terlebih, untuk kalangan muda, yang menjadi tulang punggung bangsa di masa depan. 

Penulis : Dea-Davina

Sumber : Kompas TV


TERBARU