Analisa Tulisan Tangan Dalam Surat Wasiat Pelaku Teror, Grafolog: Didominasi Rasa Tidak Aman
Sapa indonesia | 1 April 2021, 21:52 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pasca-insiden penembakan di Markas Besar Polri kemarin, polisi menyebut sang pelaku teroris bernama Zakiah Aini, bertindak atas inisiatif sendiri atau lone wolf.
Meski demikian, polisi terus menelusuri keterlibatan perempuan kelahiran tahun 1995 itu dengan jaringan-jaringan teroris di tanah air.
Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama mengutuk keras aksi serangan teror di Mabes Polri.
PBNU menekankan agama apapun tidak membenarkan kekerasan .
Serangan yang dilakukan di Mabes Polri dengan dalil apa pun tidak bisa dibenarkan.
Pelaku penyerangan di Mabes Polri diidentifikasi sebagai seorang perempuan, berumur 25 tahun, dan melakukan penyerangan seorang diri atau lone-wolf.
Dari dua kasus aksi teror yang terjadi kurang dari sepekan ini polisi turut menemukan barang bukti surat wasiat.
Sama seperti teroris aksi bom bunuh diri di Makassar.
Surat itu, ditulis menggunakan tangan di secarik kertas.
Isi kedua surat wasiat ini, memiliki pola yang mirip, yakni sama-sama ditujukan kepada orang tua masing-masing.
Selain sama-sama menulis surat wasiat, kesamaan lainnya yakni kedua pelaku sama-sama berusia muda yang tergolong kaum milenial bahkan gen z.
Apakah ada fenomena baru terkait keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme?
Ataukah memang perempuan sebetulnya menjadi target dari aksi teror?
Kita bahas bersama Peneliti Terorisme Serve Indonesia, Dete Aliyah.
Lalu ada Grafolog ISOG - Indonesian School Of Graphology, Deborah Dewi.
Serta ada Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, yang bergabung via telepon.
Penulis : Dea-Davina
Sumber : Kompas TV