Bulantrisna Djelantik, Penari Legong yang Juga Dokter THT Sudah Tiada
Sosok | 24 Februari 2021, 15:23 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV- Penari legong yang juga dokter THT (Telinga Hidung Tenggorokan) Anak Agung Ayu Bulantrisna Djelantik meninggal dunia di RS Silaom, Jakarta, Rabu (24/2/2021) pukul 00.30. Bulan, yang biasa disapa Biang, meninggal dalam usia 74 tahun karena kanker pankreas.
Kesetiaan Bulan pada tari legong tak diragukan lagi. Dia sudah menari sejak usia 7 tahun dan terus menari dan mengajar menari meski sudah memasuki usia senja. Banyak muridnya yang berusia 30-35 tahun, namun staminanya tetap prima mengalahkan para muridnya.
Baca Juga: Made Lila, Latih Tari Bali untuk Siswa Tunarungu
Pada usia 10 tahun, cucu dari Raja Karangasem terakhir Ida Anak Agung Anglurah Djelantik, ini dipanggil oleh Presiden Soekarno untuk menari di Istana Negara. Bakat menari memang diturunkan dari kakenya, kemudian ayahnya turut mendukungnya. Bahkan, bakat sebagai dokter sekaligus diturunkan dari sang ayah, Dr.dr Anak Agung Made Jelantik, dokter yang pernah bertugas di Persatuan Bangsa-bangsa (PBB).
Bakat menarinya tidak surut meski kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (1965). Menari dan menjadi dokter dilakoninya sepanjang hidupnya. Sampai menjelang pensiun, Bulantrisna dipercaya menjadi Dekan Fakultas Kedokteran di almamaternya.
Bagi Bulan, menari bukan sekadar gerak tubuh. Dikutip dari Kompas.com, menari sebagai wujud dari permohonan. "Ini seperti doa, jadi tidak asal bergerak," ujarnya.
Baca Juga: Banjir Surut Total, Warga Pebayuran Mulai Kembali ke Rumah
Bulan mendirikan sekolah tari Ayu Bulan Dance pada 1992. Menurutnya, untuk menarik minat kaum muda, perlu pendekatan relevan dengan zaman agar generasi peminat tari Legong tidak terputus, seperti pemanfaatan teknologi dan melakukan beberapa penyesuaian zaman.
Menurut Bulan, hingga kini, guru-guru dan para pelatih juga masih harus terus berlatih serta berkreasi dan memproduksi tari. "Kita berusaha bagaimana tarian klasik ini tetap disenangi anak muda," ujarnya.
Penulis : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV