> >

Pengamat Ekonomi: Alokasi APBN Harus Diatur Lebih Fleksibel

Sapa indonesia | 4 November 2020, 00:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - Resesi tampaknya tidak akan bisa lagi dihindari Indonesia.

Hal ini dipastikan setelah Presiden Joko Widodo memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III masih minus.

Baca Juga: Menangkal Jurang Resesi Indonesia di Tengah Pandemi

Jokowi memprediksi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III ada di angka -3% lebih.

Namun ia mengklaim kondisi ini masih jauh lebih baik jika dibandingkan negara lain.

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance, INDEF, Enny Sri Hartati memandang ekonomi negara yang tumbuh di masa pandemi adalah sesuatu yang normal.

Tapi hal yang paling penting menurutnya, pemerintah bisa mengendalikan agar kontraksi ekonomi di masa pandemi tidak semakin memburuk. 

Untuk kuartal IV 2020, Presiden Jokowi telah meminta seluruh kementerian untuk menggenjot belanja.

Hal itu untuk mendorong permintaan masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga bisa membaik pada akhir tahun.

Pemerintah tak ingin terlalu mempersoalkan istilah teknis resesi tapi ingin fokus pada upaya dan implementasi kebijakan ekonomi menghadapi resesi. Lalu apa saja upayanya?

Kami membahas hal ini bersama staf khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis, Yustinus Prastowo. Serta pengamat ekonomi dari Universitas Paramadina, Firmanzah.

Penulis : Dea-Davina

Sumber : Kompas TV


TERBARU