Bagaimana Dampak Pandemi bagi Kesehatan Mental Perempuan? Ini Penjelasan Psikolog
Berita kompas tv | 1 November 2020, 12:20 WIBKOMPAS.TV - Video seorang ibu yang terlihat kewalahan mengajari anaknya menghafal Pancasila, sempat viral beberapa waktu lalu. Meski dalam keadaan seperti marah, ia tampak tetap mengajari anaknya sambil mengeluarkan kata yang mengundang tawa netizen.
Beberapa kali ibu yang diketahui berdomisili di Manado, Sulawesi Utara itu, tampak mengeluhkan sistem belajar online di masa pandemi dan mempertanyakan kapan kegiatan sekolah akan berjalan kembali.
Kondisi ibu di Manado, Sulawesi Utara itu, bisa jadi mewakili apa yang dialami sebagian kaum perempuan di masa pandemi saat ini.
Berdasarkan survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak "Menilai dampak covid-19 terhadap gender dan pencapaian SDG'S di Indonesia", kaum perempuan disebut memikul beban yang lebih berat selama pandemi.
Pembatasan sosial yang diterapkan selama pandemi membuat 69% perempuan dan 61% laki-laki menghabiskan lebih banyak waktu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Namun, perempuan memikul beban lebih berat, karena 61% di antara mereka harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengasuh dan mendampingi anak. Di sisi lain, hanya 48% laki-laki yang melakukan hal yang sama.
Hasil survei juga menunjukkan sebanyak 57% perempuan mengalami peningkatan stres dan kecemasan. Sedangkan hanya 48% laki-laki mengalami hal yang sama.
Dengan beban mengurus pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan, kehilangan pekerjaan dan pendapatan, serta menghadapi kekerasan berbasis gender, perempuan dianggap lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental selama pandemi.
Masa pandemi telah merubah kebiasaan aktivitas normal kita, termasuk bagi para ibu dan kaum perempuan. Lalu, seberapa besar dampak pandemi covid-19 terhadap mental kaum perempuan? Simak dialog selengkapnya bersama Vennetia R Dannes, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, lalu ada Komisioner Komnas Perempuan, Retty Tatnawati, serta Psikolog Klinis, Desi Wulansari.
Penulis : Anjani-Nur-Permatasari
Sumber : Kompas TV