Ini Dia Sosok Di Balik Hari Ibu
Cerita indonesia | 22 Desember 2019, 19:00 WIB
Hari ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Peringatan hari ibu ini tak lepas dari peran sejumlah perempuan-perempuan hebat Indonesia. Pada tanggal 22 Desember 1928 lalu, sebanyak 600 orang perempuan dari 30 organisasi mengadakan kongres pertama perempuan Indonesia. Kongres ini sekaligus memberikan simbol kebangkitan bagi perempuan-perempuan Indonsia. Pasalnya, sebelumnya hak-hak perempuan di Indonesia tak tersuarakan.
Ada beberapa hal yang dibahas pada kongres perempuan pertama ini. Di antaranya adalah tentang pendidikan perempuan bagi anak gadis, perkawinan anak-anak, kawin paksa, permaduan, dan perceraian secara sewenang-wenang. Kongres ini juga membahas dan memperjuangkan peran wanita bukan hanya sebagai istri.
Adapun sosok-sosok yang mempelopori kongres perempuan tahun 1928 di antaranya adalah :
Nyi Hajar Dewantara
Nyi Hajar Dewantara adalah istri dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Ia mewakili organisasi Wanita Taman Siswa. Melansir dari laman Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, Nyi Hajar Dewantara adalah pendiri Taman Siswa dan pemimpin perguruan tinggi Taman Siswa hingga akhir hayatnya. Ia lahir pada 14 September 1890 dengan nama Raden Ajeng (R.A.) Sutartinah. R.A. Sutartinah menamatkan pendidikannya di Europease Lagere School pada tahun 1904. Ia kemudian melanjutkan ke sekolah guru dan menjadi guru bantu di sekolah yang didirikan Priyo Gondoatmodjo.
Ny. Sujatin Kartowirjono
Melansir Harian Kompas, 22 Desember 1977, saat Kongres Perempuan pertama dilakukan, ia masih berusia 21 tahun dan berprofesi sebagai seorang guru muda. Saat itu, Sujatin belum menikah. Ia merupakan Ketua Poetri Indonesia, yaitu sebuah organisasi wanita-wanita muda, terutama guru-guru. Selain itu, Ny. Sujatin juga menjadi pengurus Wanita Oetomo. Ia pernah menjadi Ketua dalam sejumlah organisasi seperti KOWANI dan PERWARI. Ny. Sujatin juga menjadi Pengurus Besar Persatuan Werdhatama Republik Indonesia. Atas jasa-jasanya, ia telah memperoleh sejumlah penghargaan, di antaranya adalah Satya Lencana Kebaktian Sosial tahun 1961 dan Satya Lencana
Siti Soekaptinah atau Ny. Sunaryo Mangunpuspito
Saat kongres tersebut, Siti Soekaptinah tergabung dalam Jong Islamieten Bond Dames Afdeling, ketika masih berusia 21 tahun. Siti Soekaptinah pernah menjadi anggota Gementeraad (Dewan Kotapraja) pada masa Pemerintahan Hindia Belanda bersama Emma Puradireja, Sri Oemijati, dan Ny. Soedirman. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai anggota DPR Pusat hasil Pemilu I dan menjadi anggota Konstituante. Setelah pensiun pada tahun 1961, Siti Koestinah memutuskan untuk tidak terlalu aktif dalam organisasi. Ia pun mulai berkarya di dunia batik. Saat Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung, batik buatannya sudah mulai diproduksi, yaitu batik yang ia namai dengan "Batik Indonesia."
Penulis : Abdur-Rahim
Sumber : Kompas TV