> >

Kenali Akar Konflik Amerika - Taliban

Sinau | 11 Oktober 2021, 20:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV – Keputusan Presiden Joe Biden pada April 2021 lalu untuk menarik pasukan  Amerika Serikat dari Afghanistan dinilai keliru oleh sebagian pihak.

Pasca penarikan pasukan, kekacauan pun terjadi. Pasukan Taliban berhasil menguasai Istana Negara Afghanistan dalam sekejap.

Tak lama kemudian, bandara Kabul pun dipenuhi oleh warga yang ingin melarikan diri. Bahkan, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri ke Tajikistan.

Biden berdalih, sudah saatnya bagi Afghanistan untuk mandiri. Ia juga menyebut, perang di Afghanistan tidak dimaksudkan untuk berlarut hingga beberapa generasi.

“Perang di Afghanistan tak pernah dimaksudkan untuk berlanjut ke beberapa generasi. Memang kita dulu diserang. Kita kemudian pergi berperang untuk tujuan yang jelas. Kini, tujuan tersebut telah tercapai, Bin Laden sudah tewas, dan Alqaeda mengalami kemunduran di Irak – Afghanistan. Ini saatnya kita mengakhiri perang ini”, ungkap Joe Biden dalam keterangan resminya pada April lalu yang dikutip dari kanal Youtube CSPAN.

Baca Juga: Wow, AS Sebut Taliban Profesional Saat Pertemuan Keduanya di Doha

Pengamat militer Indonesia Connie bakrie menilai, Presiden Joe Biden salah langkah.

Menurutnya, penarikan pasukan seharusnya dilakukan pada musim dingin yang ekstrem, sehingga kekacauan yang saat ini terjadi, dapat dihindari.  

“Caranya salah, karena setahu aku di Afghanistan itu ada musim dingin yang ekstrim musim semi dan musim panas yang lumayanlah. Nah sebenarnya mereka tinggal di gua mereka itu akan keluar ketika musim semi dan musim panas. Kalau aku jadi Biden, kenapa ga  musim dingin? Jadi resistensinya ga sebegini heboh mereka punya akses turun jadi gitu”, ungkap Connie dalam sebuah wawancara dengan Kompas TV.

Kini, Taliban secara perlahan mulai memperkenalkan diri ke dunia internasional, seolah memberi pesan ingin menjadi pemerintah yang inklusif. 

Mereka juga telah membuka perwakilan kantor politik di Doha, Qatar. Taliban bahkan juga meminta kantor kedutaan-kedutaan  tetap bertahan, dan menjamin keselamatan warga negara asing di Afghanistan.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pun bahkan sempat bertemu dengan perwakilan Taliban di Doha dan menyampaikan secara khusus, pentingnya pemerintah yang inklusif, menghormati hak-hak perempuan dan memastikan Taliban tidak menjadi sarang pengembangbiakan teroris.

Namun demikian, hingga kini, tak sedikit pihak yang masih meragukan Kelompok Taliban, apakah mereka akan menjadi mimpi buruk bagi Afghanistan atau justru menjadi titik awal perubahan.

Penulis : Abdur-Rahim

Sumber : Kompas TV


TERBARU