Apa Itu Cold Chain dalam Distribusi Vaksin Covid-19?
Sinau | 26 Agustus 2021, 12:01 WIBKOMPAS.TV - Vaksin Covid-19 merk Pfizer dan Moderna membutuhkan Cold Chain atau rantai dingin untuk menjaga kualitasnya.
Cold chain merupakan sistem yang digunakan dalam penyimpanan dan distribusi vaksin. Sistem ini meliputi proses panjang yang dimulai dari pabrik, pengiriman, ke tempat penyimpanan pusat, penyimpanan daerah, fasilitas kesehatan, sampai akhirnya disuntikkan ke penerima vaksin.
Dilansir dari World Health Organization (WHO), vaksin merk Moderna dapat stabil selama disimpan dalam suhu beku -25 sampai -15 derajat Celcius.
Jika disimpan dalam suhu 6-8 derajat Celcius bisa bertahan 1 bulan. Sedangkan pada suhu ruang maksimal 25 derajat Celcius, hanya bisa bertahan 24 jam.
Sementara vaksin Pfizer memiliki proses yang lebih rumit, karena harus disimpan di kulkas khusus dengan suhu -70 derajat Celcius untuk bertahan selama 6 bulan dari tanggal produksi.
Pfizer bisa disimpan di kulkas pada suhu -25 sampai -15 derajat Celcius, namun hanya bertahan selama 2 minggu. Jika sudah masuk ke suhu ruang, hanya bertahan 24 jam.
Selain itu, vaksin Pfizer harus dikirim dalam kotak khusus atau thermal shipper bersuhu -90 derajat sampai -60 derajat Celcius.
Vaksin adalah produk biologis yang memiliki kerentanan pada perubahan suhu. Dilansir dari covid19.go.id, Indonesia telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam melaksanakan program imunisasi dengan proses distribusi vaksin menggunakan sistem cold chain yang baik, hingga ke pelosok negeri.
Namun, mengingat keterbatasan kulkas pendingin dan kondisi wilayah Indonesia, proses distribusi kedua vaksin Moderna dan Pfizer yang perlu penanganan khusus akan jadi tantangan sendiri.
Baca Juga: BPOM Terbitkan Izin Penggunaan Daruat Vaksin Rusia Sputnik-V, Efikasi 91 Persen
(*)
Grafis: Joshua Victor
Penulis : Gempita-Surya
Sumber : diolah dari berbagai sumber