Sejarah Hari Buku Nasional, Bagaimana Tingkat Literasi di Indonesia?
Sinau | 17 Mei 2021, 17:01 WIBKOMPAS.TV - Setiap tanggal 17 Mei, Indonesia memperingati Hari Buku Nasional. Penetapan Hari Buku Nasional berlaku sejak tahun 2002 oleh Menteri Pendidikan Indonesia saat itu, Abdul Malik Fadjar.
Hari Buku Nasional yang ditetapkan pada 2002 lalu bersamaan dengan perayaan 22 tahun Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sendiri didirikan pada 17 Mei 1980.
Selain itu, penetapan Hari Buku Nasional juga memiliki tujuan untuk meningkatkan minat baca. Saat itu, minat baca di Indonesia masih rendah, yaitu rata-ratanya hanya sekitar 18.000 judul buku per tahun.
Jumlah ini masih rendah jika dibandingkan dengan Tiongkok yang memiliki minat baca rata-rata 140.000 judul buku per tahun.
Lalu, bagaimana dengan situasi saat ini?
Penelitian UNESCO pada 2016 menunjukkan, kebiasaan membaca di Indonesia tergolong sangat rendah. Hasil studi berjudul "The World’s Most Literate Nations" menyebutkan, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara.
Selain itu, berdasarkan survei PISA yang dirilis OECD pada tahun 2019, tingkat literasi Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 70 negara.
Rendahnya budaya literasi di Indonesia menjadi tantangan yang perlu disikapi dari tahun ke tahun. Keterbatasan akses terhadap sumber bacaan kerap jadi masalah dalam meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.
Peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Balitbang Kemendikbud, Lukman Solihin, mengatakan keterbatasan akses ini bisa diatasi misalnya dengan memanfaatkan teknologi internet, gadget, serta perangkat elektronik lain.
“Untuk mengatasi keterbatasan akses, misalnya guru di daerah terpencil bisa mengunduh buku digital, lalu ditampilkan ke proyektor dan dibaca sama-sama di kelas,” ujar Lukman seperti dikutip dari Kompas.com (23/6/2019).
Dengan begitu, diharapkan masalah keterbatasan akses bisa dikurangi dan penyebaran buku lebih merata sehingga mampu menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca.(*)
Grafis: Arief Rahman
Penulis : Gempita-Surya
Sumber : Kompas TV