Cerita Hendardi Masuk ke Aceh saat Rezim Soeharto: KTP Saya Banyak
Back to bdm | 4 Maret 2021, 18:00 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Aceh memiliki sejarah panjang terkait konflik yang terus muncul sejak Presiden ke-1 RI Ir. Soekarno.
Konflik berulang semasa pemerintahan Presiden ke-2 RI Soeharto, tapi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono berhasil menghadirkan suatu perdamaian.
Adalah Hendardi, seorang aktivis kemanusiaan yang berkisah saat dirinya masuk ke Aceh - kala itu sebuah Daerah Operasi Militer (DOM) - di bawah rezim Soeharto.
Hal itu diceritakan Hendardi dalam program Back to BDM yang digelar secara virtual bersama Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo, Jumat (26/2/2021).
"Ya itu saya masuk tahun 90-an atau 89 akhir setelah peristiwa Way Jepara di Lampung yang sempat saya datangi dan investigasi. Fungsi saya waktu itu, saya masih bekerja di LBH di yayasan LBH Indonesia, sebagai semacam investigator. Itu tidak cukup dikenal dan baru. Satu fungsi baru di LBH itu sendiri, semacam coba-coba," cerita Hendardi dalam program Back to BDM.
Namun, berangkat dari pengalamannya di LBH Bandung, Hendardi pun melakukan investigasi di Lampung dan berlanjut di Aceh. Ia merasa bahwa untuk menuju Aceh bukanlah perkara mudah.
"Begini, waktu itu kan DOM ya. Saya masuk Aceh, Anda bisa bayangkan kalau kita masuk situ, kalau memang jalan pesawat, langsung ke Banda Aceh atau Lhokseumawe itu sulit karena banyak diperiksa yang ketat," tambahnya.
Alhasil, karena butuh biaya besar bila menggunakan pesawat, Hendardi menggunakan kendaraan darat.
"Menariknya di Aceh itu termasuk yang agak lebih berat karena dalam 12 jam, setiap jam ada check point. Jadi ada 10-12 check point," ujarnya.
Hendardi pun menyaksikan sendiri bahwa mereka yang tidak membawa KTP kala itu diberi hukuman.
"Saya sendiri tidak mudah. Kalau saya pakai kartu LBH udah pasti masuk Aceh di perbatasan saja sudah disuruh pulang," kata Hendardi.
"Lalu gimana caranya?" tanya Budiman.
'Ya KTP saya banyak," Hendardi mengakui.
Ia menyebut setidaknya memiliki tujuh KTP dengan domisili dan pekerjaan yang berbeda.
Penulis : Desy-Hartini
Sumber : Kompas TV