[FULL] Malaysia dan Indonesia Sepakat Lawan Uni Eropa Soal Diskriminasi Sawit
Cerita indonesia | 5 Februari 2021, 14:35 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin melakukan kunjungan luar negeri perdananya ke Indonesia, semenjak menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia pada Maret 2020 lalu.
Muhyiddin berkunjug selama 2 hari, yakni dari tanggal 4 – 5 Februari 2020.
Ia sampai di Jakarta pada Kamis sore (4/2020) dan dijadwalkan bertemu Presiden Joko Widodo pada Jumat (5/2).
Dalam pertemuan tersebut, kedua kepala negara membicarakan sejumlah isu demi meningkatkan kerja sama antar kedua negara.
Muhyiddin Yassin dalam keterangan persnya, setuju untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesai ke tingkat strategic.
“Saya berpendapat, sudah sampai masanya, bagi hubungan kerja sama Malaysia dan Indonesia dipertingkatkan lagi ke hubungan yang strategic, dengan peningkatan dua hala yang strategic, saya yakin kita dapat mengoptimumkan kerja sama yang sudah terjalin, terutama dalam bidang ekonomi, perdagangan dan perlaboran”, ungkap Muhyiddin saat memberikan keterangan pers (5/2).
Baca Juga: [FULL] Ini Isi Pertemuan Jokowi dan PM Malaysia Muhyiddin Yassin
Selain itu, kedua negara juga memiliki pandangan yang sama, seperti masalah pergolakan politik di Myanmar.
“Seperti Indonesia, Malaysia juga memandang serius akan keadaan politik semasa di Myanmar. Yang merupakan suatu langkah ke belakang dalam proses demokrasi di negara tersebut. Adalah dikhawatiri pergelakan politik di Myanmar, boleh menjejaskan keamanan dan kestabilan di rantau ini”, tambahnya.
Tak hanya itu, Malaysia juga sepakat untuk melawan diskriminasi oleh Uni Eropa terkait ekspor sawit. Sawit adalah salah satu komoditas penting Indonesia dan Malaysia, yang telah menghidupi banyak warga negara.
“Malaysia akan terus bekerja sama dengan pihak Indonesia dalam isu diskriminasi minyak sawit, terutama memperkasakan council of palm oil producing countries, ini lah memastikan kita dapat melindungi industri sawit, terutamanya bagi menyelamatkan berjuta-juta berkebun kecil yang bergantung hidup sepenuhnya di Malaysia maupun di Indonesia”, tambahnya.
Penulis : Abdur-Rahim
Sumber : Kompas TV