Kisah Penyelam Mencari Black Box Sriwijaya Air
Cerita indonesia | 18 Januari 2021, 01:20 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV – Hampir sepuluh hari semenjak pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Kisah ini menyisakan luka yang mendalam bagi para keluarga korban.
Pasca tragedi tersebut, sederet otoritas berupaya melakukan pencarian korban, puing-puing pesawat hingga black box.
Berhari-hari mereka mendedikasikan tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan misi tersebut.
Beragam halangan dan rintangan yang dihadapi.
Kapten Eko Prihartanto, Komandan Detasemen I Kopaska ini bertugas mempimpin proses penyelaman demi pencarian korban, puing-puing pesawat hingga black box.
Tak jarang ia dihampiri rasa capek dan lelah. Tak hanya itu, mereka juga harus rela jauh dari keluarga saat bertugas. Meski demikian, ia mengaku bangga menjalani tugas tersebut.
“Sukanya ini suatu kehormatan bagi kami sebagai prajurit pasukan katak karena dipercaya membantu saudara kita yg terkena musibah. Kalau jauh dari keluarga gak jadi masalah karena sudah jadi kewajiban”, pungkasnya.
Baca Juga: Update Pencarian CVR Bagian Black Box dari Sriwijaya Air SJ-182, Ini Kata Basarnas
Sementara itu, Kelasi Septian Wahyu Prananda memiliki kisah lain.
Penyelam Dislambair ini berencana akan menikah pada Februari 2021 ini.
Namun, musibah naas ini membuatnya tak dapat menghadiri proses lamaran.
“Mungkin juga kena SAR ini kebetulan saya juga gak bisa datang. Kemarin itu (lamaran) diwakilkan oleh saudara dari ibu.
Eko dan Kelasi adalah dua dari sekian banyak kisah pengorbanan prajurit saat mencari korban, puing-puing pesawat dan black box Sriwijaya Air SJ 182.
Mereka berharap, agar pencarian black box, korban dan puing-puing segera dapat selesai, agar keluarga korban pun mendapat kepastian yang jelas.
Penulis : Abdur-Rahim
Sumber : Kompas TV