> >

PBB: 64 Warga Sipil Tewas dan 160.000 Orang Lebih Mengungsi sejak Rusia Serbu Ukraina

Krisis rusia ukraina | 27 Februari 2022, 17:33 WIB
Russia telah melesatkan serangkaian serangan udara, termasuk di Kota Kharkiv di bagian timur Ukraina, Kamis (24/2/2022). (Sumber: Getty Images via BBC)

ZURICH, KOMPAS.TV - Sedikitnya 64 warga sipil tewas dan lebih dari 160.000 lainnya mengungsi setelah pasukan Rusia menyerbu Ukraina pekan ini, diumumkan Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR).

"Hingga pukul 17.00 tanggal 26 Februari 2022, OHCHR melaporkan sedikitnya 240 korban sipil, dari jumlah tersebut sedikitnya 64 orang tewas," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) dalam laporannya, seperti dilansir The Straits Times, Minggu (27/2/2022).

Ia menambahkan, angka sebenarnya kemungkinan akan "jauh lebih tinggi". Kerusakan infrastruktur sipil juga menyebabkan ratusan ribu orang tanpa listrik atau air.

Ratusan rumah rusak atau hancur, sementara jembatan dan jalan juga terkena gempuran sehingga membuat sebagian masyarakat tidak memiliki akses menuju pasar, katanya.

Baca Juga: Tentara Rusia Dilaporkan Sudah Masuk Kharkiv, Kota Terbesar Kedua Ukraina

Penjaga perbatasan Polandia membantu pengungsi dari Ukraina saat mereka tiba di Polandia di perbatasan Korczowa, Polandia, Sabtu, 26 Februari 2022. (Sumber: AP Photo/Czarek Sokolowski)

Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB juga mengutip badan pengungsi PBB, UNHCR, yang mengatakan lebih dari 150.000 orang mengungsi di dalam negeri Ukraina dan lebih dari 116.000 warga Ukraina terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi, Sabtu (26/2/2022), mengatakan lebih dari 150.000 orang terpaksa melarikan diri dari kekerasan Rusia di Ukraina.

"Lebih dari 150.000 pengungsi Ukraina kini telah menyeberang ke negara-negara tetangga, setengah dari mereka ke Polandia, dan banyak lagi ke Hungaria, Moldova, Rumania dan sekitarnya," kata Grandi.

"Perpindahan di (dalam negeri) Ukraina juga meningkat tetapi situasi militer membuat sulit untuk memperkirakan jumlah dan memberikan bantuan," tambah Grandi dalam sebuah cuitan, Sabtu.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press/CNN


TERBARU