Anda Penggemar Buaya? Spesies Buaya Prasejarah di Queensland Dipastikan yang Terbesar Australia
Kompas dunia | 17 Juni 2021, 23:50 WIBSYDNEY, KOMPAS.TV - Seekor buaya prasejarah berhasil diidentifikasi oleh sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh mahasiswa PhD Jorgo Ristevski dari Fakultas Ilmu Biologi Universitas Queensland, dan penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal akses terbuka Nature Scientific Reports, seperti dilansir Xinhua, Kamis (17/06/2021).
Ristevski dan timnya membuat penemuan itu saat menganalisis sebuah fragmen tengkorak prasejarah yang ditemukan di selatan Queensland pada abad ke-19.
Meminjam dari bahasa penduduk asli setempat, mereka menamai spesies yang baru ditemukan itu Gunggamarandu atau "bos sungai", dengan genus Maunala atau "kepala berlubang" (hole head) yang merujuk pada lubang yang ditemukan pada tengkorak hewan tersebut.
Berdasarkan fragmen tengkorak itu, raksasa reptil itu diperkirakan memiliki total panjang tubuh sekitar tujuh meter.
"Ini menunjukkan bahwa Gunggamarandu Maunala setara dengan buaya Indo-Pasifik terbesar," ujar Ristevski.
Baca Juga: Osama bin Laden, Buaya Sungai Nil Berusia 75 Tahun yang Telah Memakan 80 Orang
Ristevski mengatakan kepada Xinhua bahwa pengawas penelitian itu, Dr Steve Salisbury, pertama kali melihat buaya prasejarah ini pada 1990-an dalam sebuah gambar museum, namun tidak punya waktu untuk melakukan studi terperinci. Di bawah saran Salisbury, Ristevski memutuskan untuk melakukan penelitian yang lebih rinci.
Menurut penelitian mereka, buaya ini termasuk dalam garis keturunan buaya yang disebut "buaya sepit" (false gharials), dan merupakan yang pertama dari jenisnya di Australia, menjadikan Antartika satu-satunya benua tanpa keberadaan spesies-spesies itu.
Bagian paling menarik dari penemuan itu terletak pada kemiripan Gunggamarandu dengan buaya yang hidup di Eropa lebih dari 50 juta tahun silam. Fosil yang diteliti itu diperkirakan berusia antara 2 hingga 5 juta tahun.
Hal ini menunjukkan adanya indikasi nenek moyang yang sama antara dua spesies itu yang belum dilacak secara definitif.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV