Paus Fransiskus Bertamu ke Rumah Sederhana Grand Ayatollah Ali al-Sistani, Ulama Top Syiah di Irak
Kompas dunia | 7 Maret 2021, 06:43 WIB
NAJAF, KOMPAS.TV - Paus Fransiskuks hari ini bertemu Grand Ayatollah Ali al-Sistani di kota suci umat Syiah, di Najaf, Irak. Ali al-Sistani adalah salah seorang ulama Syiah paling senior di dunia.
Associated Press Sabtu, (06/03/2021) melaporkan, kedatangan Paus Fransiskus ke Najaf adalah untuk mengirimkan pesan agar hidup berdampingan secara damai, serta mendesak umat Muslim (Syiah) di Irak agar merangkul umat Kristen yang minoritas disana.
Pertemuan bersejarah di kediaman sederhana Ali al-Sistani itu sudah direncanakan berbulan-bulan, dengan seluruh detail dibahas serta dinegosiasikan dengan penuh kehati-hatian antara kantor Ali al-Sistani dan Vatikan.
Iring-iringan mobil lapis baja Paus Fransiskus yang kebal peluru dan ledakan memasuki jalan-jalan kecil kota Najaf dan berujung pada makam Imam Ali bin Abi Thalib yang memiliki kubah keemasan.
Baca Juga: Bersejarah, Paus Fransiskus Akan Temui Ulama Syiah Irak: Saya Minta Doa Anda untuk Iringi Perjalanan
Paus Fransiskus kemudian berjalan beberapa meter ke kediaman sederhana Ayatollah Ali al-Sistani yang sudah dia sewa selama berpuluh tahun.
Sekelompok warga Irak menggunakan pakaian tradisional menyambut Paus Fransiskus di depan kediaman Ali al-Sistani. Saat Paus Fransiskus yang mengenakan masker itu masuk ke rumah Ali al-Sistani, lima merpati putih dilepaskan kemudian terbang ke angkasa.
Pertemuan tertutup dilaksanakan di kediaman Ali al-Sistani, membahas berbagai isu yang dialami umat Kristen minoritas di Irak.
Al-Sistani adalah figur yang sangat dihormati kaum Syiah Irak dimana pendapat keagamaan dan pendapatnya secara umum sangat didengarkan oleh seluruh kaum Syiah sedunia.
Untuk minoritas Kristen Irak yang semakin berkurang, unjuk rasa solidaritas dari al-Sistani dapat membantu mengamankan tempat mereka di Irak setelah bertahun-tahun mengungsi - dan, mereka berharap, meredakan intimidasi dari milisi Syiah terhadap komunitas mereka.
Baca Juga: Paus Fransiskus Serukan Toleransi dan Persaudaraan Antara Umat Kristen dan Muslim di Irak
Kunjungan itu disiarkan langsung di televisi Irak, dan penduduk menyambut pertemuan dua pemimpin agama yang dihormati.
"Kami menyambut baik kunjungan paus ke Irak dan khususnya ke kota suci Najaf dan pertemuannya dengan Ayatollah Agung Ali Al-Sistani," kata warga Najaf, Haidar Al-Ilyawi. “Ini adalah kunjungan bersejarah dan berharap itu akan baik untuk Irak dan rakyat Irak.”
Paus Fransiskus tiba di Irak hari Jum'at, (06/03/2021) dan bertemu jajaran pejabat senior pemerintah Irak pada kunjungan kepausan pertama ke negara itu, mengkampanyekan seruan untuk persaudaraan yang erat antar umat manusia.
Kunjungan ke Irak juga merupakan kunjungan pertama Paus Fransiskus ke luar negeri sejak pandemi Covid-19, dan pertemuan hari Sabtu ini adalah pertamakalinya antara seorang Paus yang merupakan pemimpin umat Katolik dengan seorang Ayatollah Akbar pemimpin umat Syiah.
Pada beberapa momen dimana al-Sistani mengumumkan pendapatnya, ulama Syiah yang terkenal tertutup itu mengubah sejarah modern Irak.
Baca Juga: Paus Fransiskus Beri Ruang Perempuan Berperan Lebih di Gereja
Pada tahun-tahun setelah penyerbuan dan pendudukan Irak oleh Amerika Serikat tahun 2003, al-Sistani berulang kali menyerukan umat Syiah untuk tenang dan menahan diri atas serangan Al-Qaida dan kelompok Sunni ekstrimis lain.
Walau begitupun, tetap saja Irak terjun ke dalam jurang kekerasan sektarian.
Tahun 2014 al-Sistani mengeluarkan fatwa memerintahkan seluruh laki-laki yang sanggup dan sehat untuk bergabung dengan aparat keamanan dalam memerangi kelompok ISIS.
Hasilnya, jumlah milisi Syiah langsung membengkak dimana banyak yang punya kaitan erat dengan Iran.
Tahun 2019 saat unjuk rasa anti pemerintah meluas di Irak, khutbahnya membuat perdana menteri Irak saat itu, Adil Abdul-Mahdi, mengundurkan diri.
Baca Juga: Kudeta Myanmar: Paus Fransiskus Doakan dan Ungkap Solidaritasnya untuk Rakyat Myanmar
Warga Irak menyambut baik kunjungan itu, termasuk perhatian internasional yang menyertainya, saat negara itu berjuang untuk pulih dari perang dan kerusuhan selama beberapa dekade.
Irak menyatakan kemenangan atas kelompok Negara Islam pada 2017 tetapi masih mengalami serangan sporadis.
Irak juga mengalami serangan roket baru-baru ini oleh milisi yang didukung Iran terhadap fasilitas militer dan diplomatik AS, diikuti oleh serangan udara AS terhadap sasaran milisi di Irak dan negara tetangga Suriah.
Kekerasan tersebut terkait dengan kebuntuan antara AS dan Iran menyusul penarikan Washington dari perjanjian nuklir 2015 dan penerapan sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV